REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Berdesakan di dalam kereta bukan hanya milik Indonesia. Ternyata, kereta Jepang justru lebih parah padat penumpang. "Saya baru pertama kali ke Indonesia, tadi saya coba naik kereta dan cukup lengang," ujar kata Demand Generation and Marketing Tokyo Metro Atsushi Kamimura dalam acara konferensi pers Tokyo Metro di Jakarta, pekan lalu. Menurut Kamimura, di Jepang hampir tiap kereta terisi penuh oleh penumpang.
Meski padat, penumpang kereta tetap mengedepankan tata krama. Peraturan perilaku dan sikap memang tidak tertulis. Jepang merupakan negara dengan penduduk yang tidak pernah melupakan budaya. Ketika hendak naik ke atas kereta, penumpang naik akan menunggu orang yang akan turun terlebih dahulu. Tidak ada sikap memperebutkan tempat duduk.
Tokyo Metro sangat padat pada jam pergi dan pulang kantor. Biasanya mulai pukul 07.00 sampai 09.30 pagi menjadi waktu padat untuk kereta. Kemudian mulai jam 16.00 sampai 19.00 malam juga akan sangat padat penumpang. Itu sebabnya bagi pelancong diharapkan bisa mengatur waktu bepergian di luar jam tersebut. Terutama bagi wisatawan yang membawa koper atau banyak barang sebaiknya menghindari jam padat tersebut.
Tata krama naik Tokyo Metro juga cukup ketat. Penumpang dilarang menelepon atau menerima panggilan telepon di dalam kereta. Untuk komunikasi bisa memanfaatkan pesan teks atau messenger. Itu sebabnya Tokyo Metro memberikan fasilitas wi-fi di sepanjang jalur, bahkan ketika melintasi terowongan. Penumpang juga tidak diperboleh mengobrol dengan suara yang menggangu penumpang lain. Penumpang juga tidak boleh berfoto di peron. Namun silahkan arahkan kamera ketika sudah berada di dalam kereta.
Tokyo merupakan kota yang aman karena minimnya tindak kriminalitas. Begitu pula situasi di dalam Tokyo Metro. Belum pernah terjadi kasus kriminalitas karena di dalam kereta cukup aman dan nyaman. Kecelakaan hanya terjadi dalam skala kecil, yakni ketika penumpang yang membawa koper hilang kendali. Koper akan berjalan sendiri dan membentur penumpang lain. "Kalau kriminalitas belum pernah ada," jelas Kamimura.
Kecelakaan biasanya terjadi ketika ada seseorang mabuk kemudian jatuh dari kereta. Namun hal tersebut bukan berasal dari kesalahan Tokyo Metro. Di dalam kereta memang tidak ada petugas yang mengontrol. Penumpang bisa melakukan kontak dengan masinis menggunakan semacam tombol untuk berkomunikasi. Di dalam kereta tidak ada kamera pengawas, namun ada sejumlah kecil di beberapa stasiun utama.
Tokyo Metro juga memiliki fasilitas ramah bagi penyandang disabilitas dan perempuan. Sejak 2005 silam gerbong khusus perempuan sudah tersedia. Saat ini ruang untuk penyandang disabilitas juga sudah cukup luas. "Kami akan terus menambahnya," jelas Kamimura. Tokyo Metro juga sedang memperbanyak lift di tiap stasiun untuk memudahkan akses.