Senin 12 Sep 2016 17:45 WIB

Libur Idul Adha ke Hutan Mangrove

Rep: Binti Sholikah/ Red: Joko Sadewo
Hutan Mangrove -ilustrasi-
Foto: .
Hutan Mangrove -ilustrasi-

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Momentum libur Hari Raya Idul Adha 1437 H, Senin (12/9), dimanfaatkan warga Surabaya dan sekitarnya untuk berwisata. Salah satunya ke Ekowisata Mangrove, yang terletak di Wonorejo, Kecamatan Rungkut. Tak hanya menikmati pemandangan alam, wisata mangrove ini juga menjadi sarana edukasi dan pemberdayaan masyarakat.

Menjelang siang, sejumlah kendaraan roda dua dan roda empat silih berganti memasuki kawasan taman hutan mangrove. Selain kendaraan bernomor polisi Surabaya, area parkir juga dipenuhi kendaraan dari Sidoarjo, dan Madura. Meskipun panas matahari cukup menyengat, namun para pengunjung tetap khusyuk berjalan-jalan di sepanjang jalur taman hutan mangrove.

Di lokasi wisata ini, pengunjung dapat berjalan-jalan menikmati pemandangan hutan mangrove, sekaligus menaiki perahu dari dermaga mangrove menuju kawasan ekowisata yang terletak di pinggir laut. Pengunjung cukup membayar Rp 25 ribu kemudian menaiki perahu sekitar 30 menit untuk menuju ekowisata yang dihiasi gazebo-gazebo dan pemandangan laut. Selain itu, terdapat jogging track sepanjang 500 meter di tengah pepohonan mangrove yang cukup rindang.

Pengelola Ekowisata Mangrove, Joko Suwondo, mengatakan, setahun belakangan jumlah pengunjung di kawasan mangrove ini bertambah cukup signifikan. Terlebih, pada libur hari besar, hari Ahad dan sabtu. Untuk hari-hari biasa, pengunjunganya rata-rata tak lebih dari 100 orang.

"Hari ini sekitar 400 pengunjung, kalau hari Ahad lumayan, bisa 300 orang. Dari tahun ke tahun terus meningkat," kata Joko saat ditemui di kawasan Ekowisata Mangrove, Senin (12/9) siang.

Ia melihat peningkatan pengunjung ini dari hasil penjualan tiket perahu dari dermaga mangrove menuju ekowisata. Menurutnya, peningkatan ini dikarenakan sudah banyak pengunjung yang mengetahui adanya wisata yang diresmikan sejak 2009 tersebut.

Menurutnya, selain Surabaya, pengunjung juga dari luar kota seperti Jombang, Mojokerto, Ngawi, Sidoarjo, Pasuruan, dan Madura.

Joko menyatakan, tanaman mangrove memiliki sifat yang unik. Selain bisa menahan abrasi, hampir semua bagian dari mangrove bisa dimanfaatkan. Misalnya, batang untuk pewarna alami batik, buahnya bisa dibuat sirup, dan lain-lain.

"Kedalaman akarnya bisa sampai 200 meter, dan akarnya yang berbentuk seperti cakar ayam itu yang bisa menahan abrasi," ujarnya.

Oleh sebab itu, ia sangat antusias untuk mengajar warga terutama para pelajar untuk menanam mangrove. Beberapa sekolah maupun perguruan tinggi juga sudah dilibatkan untuk pemberdayaan hutan mangrove, salah satunya melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Joko menambahkan, di lokasi tersebut terdapat sekitar 38 jenis tanaman mangrove. Selain itu juga terdapat beragam fauna, seperti kepiting, kera, biawak, burung, dan ular. "Mereka habitatnya di mangrove, seperti kepiting ini kalau bertelur suka di sela-sela akar mangrove, terus daun yang bentuknya seperti api-api ini serapan garamnya lebih tinggi, untuk sarang kepompong menjadi kupu-kupu dan tempat berkembang biak burung," terangnya.

Salah satu pengunjung, Neta Martaningrat (18) mengaku baru pertama kali mengunjungi Ekowisata Mangrove. Ia tertarik karena diberitahu oleh teman-temannya tentang pesona hutan mangrove di Surabaya. "Tempatnya bagus, dan saya kesini lebih banyak manfaatnya, bisa untuk edukasi juga, tempatnya menarik," ujar warga asal Mojokerto tersebut.

Pengunjung lainnya, Dila (18), mengaku sering berkunjung ke ekowisata mangrove karena jarak rumahnya yang cukup dekat. Menurutnya, wisata ini sangat menarik dan murah meriah. "Suasananya adem, deket dari rumah, jadinya sering ke sini," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement