Selasa 06 Sep 2016 09:06 WIB

Trik Atasi Anak Ketergantungan Gawai

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak bermain gadget
Foto: AP
Anak bermain gadget

REPUBLIKA.CO.ID, Saat ini permainan anak sudah berbeda. Bukan lagi main karet, bekel, congklak atau kelereng, anak masa kini lebih suka berkutat dengan gawainya. Tak semata lebih menyenangkan, orang tua kadang memilih anak bermain dengan gawainya ketimbang di luar rumah yang rawan penculikan. Atau karena kesibukan orang tua tidak bisa menemani anak bermain.

Tanpa disadari beberapa anak kecanduan gawai. Mereka sekan tak bisa hidup tanpa gawainya.

Psikolog anak dari Rumah Sakit Jakarta Eye Center (JEC) @Kedoya, Ine Indriani, mengatakan salah satu trik mengatasi anak dari ketergangungan bermain gawai adalah memberikannya pengalihan.

“Jika tidak diberikan pengalihan, anak jadi bingung harus ngapain, untuk anak kita perlu menyiapkan apa pengalihannya,” ujarnya kepada Republika.co.id usai menjadi pembicara dalam acara Seminar Kiat Mengatasi Ketergantungan Anak pada Kacamata dan Gadget, di Jakarta, belum lama ini.

Karena itu, Ine menyarankan sebaiknya orang tua menyiapkan mainan yang konkrit lebih banyak di rumah, misalnya balok, lego, puzzle dan lainnya. Tidak harus selalu beli, dari bahan-bahan makanan dirumah seperti kangkung bisa dipotong-potong dan main bersama anak. Atau misalnya ada halaman rumah, bisa main di halaman atau buat mainan dari kotak bekas. Apalagi sekarang di Instagram atau Pinterest ada banyak cara membuat mainan di rumah.

Jika anak sudah kecanduan, yang pertama dilakukan tentu pengalihan. Kalau ternyata tidak bisa perlu konsultasi dengan psikolog atau dengan terapi bermain, terapi apapun untuk anak yang sudah kecanduan.

Bagaimana cara mengambil gawainya saat anak tengah asyik bermain? Ine menyarankan sebelum main gawai, orang tua sudah memberi tahu aturannya.

Misalnya main gawai sampai jam sekian ya, akan lebih baik jika konkrit, misalnya kalau anak yang belum mengerti jam tapi sudah tahu angka. Katakan pada anak, mainnya sampai jarum panjang ke angka lima, angka enam atau angka 12. “Anak jadi paham, kalau kita bilangnya tidak konkrit, bilangnya sebentar sementara sebentar anak dengan orang tua berbeda,” ujarnya.

Ketika sudah mau habis waktunya, katakan pada anak, ”Sebentar lagi ya lima menit lagi, jarum panjang ke angka enam berarti sepuluh menit lagi,” ujarnya mencontohkan. Dengan begitu anak akan siap, dia akan tahu kapan harus melepas gawainya.

Kalau ketika diambil gawainya anak justru marah dan ngambek, orang tua harus apa? Menurut Ine memberikan aturan di awal anak bermain gawai ini merupakan cara meminimalisir ngambeknya. Kalau anak kesal, yang pertama dilakukan adalah kita berempati dulu dengan perasaannya. “Iya bete, kesel, marah, tapi tetap harus diambil ya.”

Sesudah itu gawainya tetap disimpan dan diberikan pengalihan. “Kalau dia malah ngamuk, ya udah cuekin saja, karena kalau kita terlalu memberi perhatian pada ambekan dia, dia malah mendapatkan reward, kita jadi nggak tega. Ngambek, lebih baik dicuekin sambil mamanya beres-beres tapi tetap berada didekat anak, boleh sekali-kali katakan  mama ada di sini, kalau butuh mama ada di sini.”

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement