REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Berbagai hiburan rakyat memeriahkan helatan Seren Taun yang diselenggarakan Kasepuhan Cisungsang selama sepekan (22/8-29/8). Henriana Hatra, Sekretaris Kasepuhan Cisungsang menjelaskan sejumlah kesenian tradisional yang menarik ribuan pengunjung berdatangan ke Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten itu.
Gondang
Gondang dimainkan dengan menumbuk-numbukkan halu (alu) pada lisung (lesung) yang menyimbolkan prosesi menumbuk padi seusai dipanen. Gondang yang semula dimaksudkan sebagai penghormatan terhadap Dewi Sri dimainkan berkelompok oleh belasan ibu setengah baya.
Rengkong
Para pemain rengkong memanggul tangkai-tangkai padi yang diikat dengan tali ijuk pada bambu jenis gombong sepanjang dua meter. Saat para pemain laki-laki dewasa yang memakai baju kampret itu berjalan, akan terdengar suara unik hasil pergesekan tali injuk dengan bambu.
Angklung Buhun
Angklung buhun yang berarti angklung tua atau kuno dimainkan oleh 12 hingga 14 orang. Belasan orang tersebut membunyikan instrumen angklung dengan empat nada berbeda serta alat musik tabuh dogdog lojor.
Para pemain angklung buhun juga melakukan gerakan khas yaitu dua langkah ke depan dan satu langkah ke belakang. Artinya, setiap orang perlu mawas diri dan dalam setiap pekerjaan perlu sesekali melihat ke belakang.
Kacapi
Kacapi sunda memiliki bentuk dan teknik memetik berbeda dengan kecapi dari daerah lain. Pada upacara adat Seren Taun Kasepuhan Cisungsang, kacapi dipertunjukkan dengan iringan pantun tradisional bahasa Sunda dan untaian doa kepada Yang Maha Kuasa.
Debus
Seni pertunjukan debus menampilkan kebolehan mempertahankan diri dan aksi kekebalan tubuh terhadap benda tajam. Permainan yang membutuhkan keahlian khusus ini biasanya dimainkan secara berkelompok antara delapan hingga 10 penampil dengan sebelumnya melakukan ritual khusus dan meminta izin kepada kepala adat.