REPUBLIKA.CO.ID, BANTEN -- Gubernur Banten Rano Karno mengusulkan Seren Taun menjadi warisan budaya tak benda atau intangible heritage. Seren Taun adalah upacara adat panen padi tahunan yang hingga kini masih dilanggengkan oleh sejumlah masyarakat adat Sunda di Provinsi Banten.
"Ini tradisi adat yang begitu luhur, Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang bahkan sudah digelar selama 700 tahun," ujar Rano saat menghadiri prosesi Seren Taun Kasepuhan Cisungsang di Desa Cisungsang, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Lebak, Banten, Ahad (28/8).
Menurut Rano, Seren Taun merupakan potensi pariwisata yang unik dan perlu dikelola dengan baik. Pria 55 tahun itu menyebutkan tekad menjadikan Seren Taun masuk dalam kalender pariwisata nasional.
Khusus di Kabupaten Lebak, terdapat lima kasepuhan yang selalu menjalankan ritual syukuran panen sarat unsur historis itu. Lima kasepuhan tersebut antara lain Cisungsang, Cicarucub, Bayah, Citorek, dan Cipta Gelar.
Rano mengapresiasi upaya berbagai masyarakat adat yang tetap mencintai dan menjaga budaya di tengah modernitas. Pemerintah Provinsi Banten yang tahun ini memberikan bantuan Rp 50 juta untuk pelaksanaan Seren Taun Cisungsang juga mewacanakan bantuan hibah sebesar Rp 1 M untuk penyelenggaraan Seren Taun di tahun 2017.
"Memang dengan ada atau tanpa wisatawan, Seren Taun sudah hidup dan menjadi ruh masyarakat. Namun, sudah waktunya pemerintah ikut campur dan turut membantu pelaksanaan ritual ini," tuturnya.
Rangkaian acara Seren Taun di Cisungsang yang dihadiri Rano telah berlangsung selama sepekan, mulai 22 hingga 29 Agustus 2016. Hingga Ahad, perhelatan budaya tersebut telah menarik sekira 20.000 pengunjung dari berbagai wilayah yang bertandang ke lokasi tanpa dipungut biaya dan dijamu makanan gratis di Imah Gede Kompleks Kasepuhan Cisungsang.