Ahad 28 Aug 2016 21:14 WIB

Prof Dr Abdul Hadi WM: Buku 'Pasie Karam' Bukti Penulisan Puisi di Indonesia Sangat Subur

Pembacaan puisi di acara Temu Penyair Nusantara, Meulaboh, Aceh Barat.
Foto: Dok TPN
Pembacaan puisi di acara Temu Penyair Nusantara, Meulaboh, Aceh Barat.

REPUBLIKA.CO.ID, MEULABOH -- Perhelatan Temu Penyair Nusantara digelar di Meulaboh, Aceh Barat, Sabtu-Senin (27-29 Agustus 2016). Momentum Temu Penyair Nusantara  itu antara lain diisi dengan peluncuran buku antologi "Pasie Karam" yang berisi karya dari 163 penyair dari Nusantara, Malaysia, Singapura dan Rusia.

Buku tersebut dikuratori Mustafa Ismail, D Kemalawati dan Fikar W Eda. Buku setebal 450 halaman itu  diluncurkan bersama dengan 16 buku lainnya di Aula Bappeda Aceh, Ahad (28/8/2016).

Sebelumnya buku "Pasie Karam" dibedah oleh Prof Dr Abdul Hadi WM di Gedung PKK Aceh Barat, Sabtu (27/8/2016). Abdul Hadi dalam bahasannya di depan seratusan penyair tersebut mengatakan antologi "Pasie Karam" adalah adalah buku yang enak dibaca dan penting. "Tetapi tidaklah begitu enak untuk dibahas dalam pertemuan yang padat dengan acara seperti sekarang. Penting dibaca karena terbitnya antologi ini memberikan kesaksian bahwa selama lebih dua dekade penulisan puisi di Indonesia begitu suburnya," kata Abdul Hadi WM.

Abdul Hadi menambahkan, penyair bermunculan di hampir seluruh pelosok Tanah Air. Komunitas-komunitas sastra juga berkembang di banyak kota dan kegiatan sastra tersebar di hampir kota-kota penting di Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Madura dan lain-lain. “Tetapi sekali lagi saya katakan memang enak dibaca, tetapi bukan untuk dibahas sehingga mengundang lahirnya perbincangan yang serius dan mendalam. Untuk mudahnya saya tumpukan perhatian pada penyair-penyair asal Aceh,” ujar Abdul Hadi.

Ada lebih 30 penyair asal Aceh yang sajak-sajak mereka dimuat dalam buku ini. Ia menilai sajak-sajak itu kuasi mutunya  tidak kalah dengan sajak-sajak penyair dari luar Aceh, sehingga representatif dijadikan tumpuan bahasan. Keragaman temanya pun juga mewakili keseluruhan sajak yang ada dalam kumpulan ini.

Ada sajak-sajak bernada religius, ada sajak-sajak yang menggambarkan keadaan masyarakat masa kini, rasa galau di hadapan kondisi kemanusiaan yang memprihatinkan, luahan rasa cinta tanah air dan bangsa, dan lain-lain. “Semua ini memberi kesan keanekaragaman tema selain keanekaragaman gaya penulisan dan wawasan estetika,” tutur Abdul Hadi.

Acara itu juga diwarnai dengan baca puisi bersama sejumlah penyair seperti Husnizar Hood, TA Sakti, Salman Yoga, Win Gemade, LK Ara, Hidayah, Fedril Anwar (Malaysia) dan Fikar W Eda musik puisi komunitas Rangkaian Bunga Kopi.

Sebelum diskusi dimulai, penyair Rosni Idham yang menjadi pembawa acara juga mempersilakan tiga kurator buku Pasie Karam yakni Mustafa Ismail, D Kemalawati dan Fikar W Eda untuk menyampaikan konsep kurasinya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement