Sabtu 13 Aug 2016 07:43 WIB

Arkipel Hadirkan Alternatif Tontonan Film

ARKIPEL
Foto: IST
ARKIPEL

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bagi Anda yang terbiasa dengan film bergenre drama romantis, percintaan, komedi, film horor dan lainnya, tak ada salahnya mencari alternatif tontonan film lain. Salah satunya adalah film dokumenter dan eksperimental yang ditawarkan dalam Arkipel, sebuah Festival Film Dokumenter dan Eksperimental Jakarta Internasional yang keempat.

Direktur Festival Arkipel, Yuki Aditya mengatakan, Arkipel bisa menjadi titik temu antara khalayak dan film-film yang tak biasa ditemukan khalayak.

"Niat kita membuat festival selain untuk mencari 'suara-suara' baru berbakat dalam membuat film dan bereksperimentasi dengan mediumnya, juga sebagai ruang diskusi yang lebih luas. Luas dalam artian menyebarluaskan pengetahuan tentang film dokumenter dan eksperimental ke khalayak, dan juga eksposur terhadap film-film yang selama ini belum banyak diketahui banyak orang. Dengan kata lain, menyediakan alternatif tontonan dan menyediakan ruang diskusi alternatif untuk orang-orang yang suka menonton film," jelasnya kepada wartawan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (12/8).

Arkipel 2016 mengungkat tema "social/kapital" sebuah refleksi sosial-politik, budaya dan ekonomi tentang bagaimana bingkai

Wacana perubahan dilihat sekarang. Wacana sosial/kapital (yang dengan sengaja dengan huruf kecil) yang mereka tawarkan adalah bagaimana kita mengkritisi kembali bangunan arus pemikiran "besar" yang telah menjadi mitos, di mana ia telah menjauh dari "kenyataan" arus bawah yang saat ini menggeliat.

"Untuk itulah tema ini kami anggap penting dihadirkan, sebagai sebuah tawaran bagaimana sinema membaca perubahan paradigma itu dilihat dalam film dan berbagai program yang ada di festival ini," tambahnha

Pendaftaran karya dibuka dari awal Januari hingga April 2016. Terkumpul lebih dari 1.500 karya dari beragam penjuru dunia, yang kemudian diseleksi kawan-kawan Forum Lenteng untuk masuk seksi International Competition.

Beriringan dengan proses seleksi film, sejumlah program kuratorial mulai disiapkan oleh para kurator. Total ada 31 film, nasional maupun internasional, klasik maupun kontemporer, yang akan diputar dan dibedah dalam sepuluh program kuratorial, masing-masing membahas film-film dalam suatu kerangka pambacaan sosial, politik, budaya, sejarah maupun estetika sinema.

"Harapannya, pembacaan ini bisa menjadi pemantik diskusi tersendiri baik di kalangan penonton maupun pembuat film," tambahnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement