Selasa 09 Aug 2016 12:47 WIB

Sekolah Sehari Penuh Kurangi Waktu Anak dengan Keluarga

Rep: Fira Nursya'bani/ Red: Indira Rezkisari
Sejumlah anak sekolah mengunjungi sambil mencari informasi di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (28/10).  (Republika/Wihdan)
Sejumlah anak sekolah mengunjungi sambil mencari informasi di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta, Rabu (28/10). (Republika/Wihdan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Wacana sekolah sehari penuh atau full day school yang digulirkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy banyak menuai kontroversi. Pengamat Pendidikan Profesor Henry Alexis Rudolf (HAR) Tilaar bahkan menilai sistem tersebut memiliki lebih banyak sisi negatif dibandingkan dengan sisi positif.

Menurutnya, sekolah sehari penuh dinilai bisa mengurangi waktu kebersamaan anak dengan keluarga. Padahal anak-anak usia sekolah memerlukan keberadaan keluarga sebagai bagian dari pendidikan karakter.

 

"Kita punya kebudayaan yang menuntut hubungan antara anak dan orang tua. Kalau seharian di sekolah, hubungan dengan orang tua kapan?" ujar Tilaar, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (9/8).

Tilaar mengungkapkan, sekolah sehari penuh mengacu pada sistem pendidikan barat yang tidak cocok diterapkan di negara berbudaya timur. Sebagai orang timur, Indonesia menjunjung budaya kekeluargaan yang sangat kuat dengan prinsip gotong royong.

"Saling berdialog di dalam keluarga sangat penting sekali," ungkapnya.

Sedangkan di negara barat, kata dia, hubungan anak dan keluarga tidak seerat di Indonesia. Orangtua dengan mudahnya dimasukkan ke panti jompo karena tidak memiliki kedekatan lebih dengan anak-anaknya.

Sebelumnya Mendikbud Muhadjir Effendy menyatakan sistem sekolah sehari penuh dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran formal sampai dengan setengah hari, selanjutnya diisi dengan ekstrakurikuler. Setelah itu, para orang tua sepulang kerja dapat menjemput buah hati mereka di sekolah. Orang tua dapat merasa aman, karena anak-anak mereka tetap berada di bawah bimbingan guru selama mereka di tempat kerja.

”Peran orang tua juga tetap penting. Di hari Sabtu dapat menjadi waktu keluarga, dengan begitu komunikasi antara orangtua dan anak tetap terjaga, dan ikatan emosional juga tetap terjaga,” kata dia, Senin (8/8).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement