Sabtu 23 Jul 2016 20:32 WIB

Wisata Baduy Bakal Mendunia

Seorang warga suku Baduy Luar mengambil padi di dalam lumbung padi di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten, Sabtu (21/3). Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang digunakan oleh setiap warga di suku Baduy setelah melakukan panen, dan dalam satu lu
Foto: Antara
Seorang warga suku Baduy Luar mengambil padi di dalam lumbung padi di Kampung Gajeboh, Lebak, Banten, Sabtu (21/3). Lumbung padi merupakan tempat untuk menyimpan padi yang digunakan oleh setiap warga di suku Baduy setelah melakukan panen, dan dalam satu lu

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Objek wisata masyarakat Baduy di pedalaman Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, optimistis mendunia karena memiliki nilai keunikan suku terasing di Tanah Air."Kami berharap pemerintah daerah merealisasikan pembangunan infrastuktur untuk menggaet turis lokal maupun mancanegara," kata Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banten Pamungkas Sholeh Majid di Lebak, Sabtu (24/7).

Saat ini, kondisi infrastuktur sarana prasarana menuju kawasan masyarakat Baduy sangat minim sehingga berdampak terhadap kunjungan wisatawan.Pembangunan infrastuktur yang diperlukan antara lain pembangunan jalan, kawasan pusat perdagangan, penginapan, sarana air bersih, listrik dan komunikasi.

Saat ini, para pengunjung wisatawan yang hendak mengunjungi masyarakat Baduy mengeluhkan mulai kondisi jalan hingga penginapan.Karena itu, pihaknya berharap pemerintah dapat merealisasikan pembangunan infrastuktur tersebut."Kami yakin pembangunan infrastuktur itu dapat mendongkrak kunjungan ke objek wisata adat Baduy," katanya.

Sholeh menjelaskan, saat ini wisata budaya Baduy memiliki nilai jual yang mendunia, seperti kehidupan komunitas suku Aborigin di Australia, suku Amish di Amerika Serikat, atau suku Incha di Manchu Pichu Peru.Khasanah budaya masyarakat Baduy cukup menarik untuk dilakukan wisata penelitian antropologi, karena kehidupan masyarakat itu hingga kini masih mempertahankan adat leluhurnya.Masyarakat Baduy hingga kini masih mempertahankan adat istiadat dan menolak kehidupan moderen.

"Kami yakin ke depan banyak para antropolog datang ke Baduy untuk melakukan penelitian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement