Rabu 20 Jul 2016 07:34 WIB

Desainer Ungkap Inspirasi di Balik Taman Pandang Istana

Rep: MGROL 68/ Red: Indira Rezkisari
Pria menikmati bagian dari instalasi di Taman Pandang Jakarta, yang terletak di kawasan Museum Monumen Nasional.
Foto: MGROL 68
Pria menikmati bagian dari instalasi di Taman Pandang Jakarta, yang terletak di kawasan Museum Monumen Nasional.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Wajah baru Taman Apresiasi yang kini sudah berganti nama dan konsep menjadi Taman Pandang Istana memang sangat unik dan penuh kreasi.

Sang desainer, Yasser Rizky, berkolaborasi dengan pihak-pihak yang terkait membuat konsep dan desain taman yang terdiri dari bangku taman yang berbentuk potongan huruf, instalasi patung tulisan Ragam Insan, tembok mural dan instalasi pada lantai yang berisi kutipan tokoh ternama Indonesia seperti Muhammad Hatta, Abdurrahman Wahid, Y.B Mangunwijaya, dan Buya Hamka.

“Sebenarnya taman ini dibuat dengan tujuan merayakan keragaman kita, saya harap karya ini bisa berdiri sebagai karya abstrak yang unik yang bisa dinikmati. Karena keberagaman kita adalah suatu kekuatan bukan perpecahan,” kata Yasser ditemui di Taman Pandang Istana, Selasa (19/7).

Yang unik dari desain Taman Sudut Pandang ini adalah instalasi patung yang bertuliskan Ragam Insan. Pasalnya ketika pengunjung melihat tulisan dari sisi dalam, akan nampak tulisan Ragam. Sedangkan dari sisi luar tulisannya terlihat Insan. Instalasi patung ini gabungan dari huruf jenis serif dan sans serif yang menjadi salah satu bentuk respons terhadap ruang keragaman. Selain itu ada bangku taman yang di desain berdasarkan potongan huruf berbunyi ‘Berbeda Tapi Satu’ dengan menggunakan huruf yang dibuat secara khusus.

Sang desainer mengaku tidak ada makna khusus dalam pembuatan tulisan, ia memilih pengungkapan makna  emosional yang mengambarkan tentang Jakarta metropolitan yang yang padat dan beragam.

Taman Pandang Istana memang sekilas mirip sebuah mini teater, didukung dengan adanya ruang kosong di tengah taman yang bisa digunakan untuk masyarakat bermain musik atau sekedar menyalurkan aspirasi mereka di seni. Tembok mural juga dibuat tidak permanen, sehingga setiap bulan hasil karya seni bisa terus diperbarui dari komunitas seni maupun masyarakat Jakarta yang karyanya bisa dipamerkan.

“Harapannya pengunjung bisa menikmati, duduk-duduk dengan santai. Bisa nongkrong tanpa beli kopi mahal. Nongkrong saja nggak ada tujuan sebagai sarana refleksi. Dan yang terpenting, jangan merusak karena bikinnya capek, haha,” tutup Yasser.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement