Jumat 15 Jul 2016 05:15 WIB

Menata Kota dengan Warna

Kampung Jodipan yang sebelumnya kumuh kini terlihat indah dan dijuluki 'Kampung Warni-Warni'.
Foto: Republika/Erik PP
Kampung Jodipan yang sebelumnya kumuh kini terlihat indah dan dijuluki 'Kampung Warni-Warni'.

REPUBLIKA.CO.ID Oleh Erik Purnama Putra

Angga bersama empat temannya duduk di dinding pembatas permukiman warga dengan Sungai Brantas. Berkaus hitam dan celana pendek, Angga duduk santai persis di depan toilet umum milik warga Kampung Jodipan, yang dindingnya didominasi warna hijau. Sambil bernyanyi diiringi alat musik temannya, Angga tampak riang gembira menatap ke arah Sungai Brantas. Remaja yang sejak kecil tinggal di daerah aliran sungai (DAS) Brantas ini mengaku merasa nyaman tinggal di permukiman padat penduduk itu. Apalagi, setelah rumahnya dan rumah tetangganya dicat dengan warna berbeda.

Meski harus tinggal di kampung sempit nan padat rumah, Angga sudah terbiasa kalau sewaktu-waktu rumahnya terkena banjir akibat meluapnya Sungai Brantas. Meski rumahnya kadang terkena banjir karena terletak persis di bibir sungai, ia merasa nyaman saja tinggal di situ. "Kadang kalau banjir sampai lapangan, bahkan sampai mushala itu," kata Angga memperagakan banjir setinggi lima meter yang pernah menerjang RW 02 Kampung Jodipan, Kecamatan Blimbing, Kota Malang, belum lama ini.

Angga mengaku kini bertambah bangga tinggal di kampungnya. Setelah sebelumnya tempat tinggalnya dicap sebagai kawasan kumuh, kondisi tersebut sekarang berubah total. Itu setelah sekitar 90 rumah di RT 06, 07, dan 09 ditata tampilannya dengan cara dicat. Rumah orang tua Angga kebetulan mendapat bagian cat kuning. Menurut dia, dengan adanya pengecatan rumah warga, penampilan kampungnya menjadi lebih enak dipandang. Kampungnya juga menjadi terlihat lebih bersih.

Angga berujar, banyak orang saat ini menjuluki kampungnya sebagai 'Kampung Warna-Warni'. Dilabeli begitu karena setiap rumah dicat dengan berbagai warna mirip pelangi, yaitu merah, kuning, biru, ungu, hijau, hingga jingga. Gara-gara pengecatan itu, kampungnya mendapat sorotan media. Dampaknya, semakin banyak warga, baik Kota Malang maupun luar daerah yang berkunjung ke kampungnya.

Nama kampungnya semakin terkenal setelah kabar pengecatan Kampung Jodipan menjadi pembicaraan di media sosial. Pengecatan yang dilakukan salah satu perusahaan itu merupakan bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau CSR. "Ini pengecatannya sekarang lagi berhenti, nanti dilanjutkan lagi setelah Lebaran," ujarnya.

Republika.co.id sempat mengambil gambar 'Kampung Warna-Warni' dari jembatan yang menghubungkan Jalan Panglima Sudirman menuju Jalan Gatot Subroto. Pemandangan Kampung Jodipan dari jembatan yang terletak sekitar 500 meter dari Stasiun Kota Malang ini, memang menakjubkan. Untuk menuju lokasi, pengunjung bisa masuk lewat sebuah gang kecil dari Jalan Ir Juanda. Karena jalan sempit dan sedikit curam, pengunjung yang membawa sepeda motor diharapkan turun demi keamanan.

Ketika sampai di lokasi, Republika.co.id mendapati beberapa remaja laki-laki dan perempuan sedang berfoto dengan latar belakang rumah bercat berbagai warna. Ada juga yang mengambil swafoto sambil tersenyum. Di sebuah lahan kosong dekat sungai atau bagian paling bawah, ada sekelompok remaja perempuan mengambil gambar melalui kamera SLR yang terpasang tripot. Mereka terlihat serius dalam mengambil foto rumah bercat biru dan ungu tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement