Rabu 29 Jun 2016 06:57 WIB

Menengok Jalur "Rel Kematian" Stalin

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Indira Rezkisari
alur Trans Kutub Stalin atau jalur Salekhard-Igarka yang tidak pernah rampung.
Foto: wikipedia
alur Trans Kutub Stalin atau jalur Salekhard-Igarka yang tidak pernah rampung.

REPUBLIKA.CO.ID, Di luar kota Salekhard, ibu kota Daerah Otonom Yamal Nenets, Rusia terdapat jalur kereta Salekhard-Igarka. Jalur yang terletak di tepi lingkaran Kutub Utara itu dikenal juga dengan sebutan "Rel Kematian".

Jalur kereta yang dirancang berjarak 1.300 kilometer itu adalah bagian dari proyek Jalur Trans Kutub Stalin. Proyek itu berusaha menghubungkan bagian timur dan barat Siberia, membentang dari Inta di Republik Otonom Komi menuju Salekhard hingga Igarka. Jalur tersebut tak pernah rampung dikerjakan meski sudah sekitar puluhan ribu pekerja menjadi korban seperti dilansir dari Amusing Planet.

Kebanyakan pekerja ketika itu merupakan warga negara yang melakukan serangan politik. Hal itu bisa berarti terlambat bekerja hingga menulis puisi yang tidak tepat secara politis. Pemerintah kala itu melabeli mereka sebagai musuh masyarakat dan mengirim mereka ke kamp Gulag dan disebut-sebut menjadi tempat penyiksaan.

Sebelum membangun rel, pemerintah berencana membangun sistem transportasi air di Salekhard dekat sungai Ob. Sistem itu akan membawa barang-barang dari pabrik di Siberia Barat. Akan tetapi, sungai Ob ternyata terlalu dangkal untuk dilalui kapal besar. Alhasil, pelabuhan diputuskan dibuat di Igarka dan kemudian dihubungkan dengan jalur kereta menuju Salekhard. Jalur tersebut pun rencananya akan dihubungkan dengan Jalur Trans Siberia yang berada di selatan.

Alih-alih memenuhi ambisi Stalin menaklukkan Kutub Utara, ternyata kebutuhan rel kereta tak begitu diperlukan. Pabrik-pabrik di Siberia sudah cukup puas dengan keberadaan jalur selatan. Meski begitu, pengerjaan jalur kereta tetap berjalan pada 1947. Kamp Gulag memberika Stalin tenaga kerja yang murah dan bisa dikaryakan untuk proyek apa pun. Sekitar 80 hingga 120 ribu tahanan menjadi pekerja dalam mengerjakan jalur kereta itu.

Mereka lantas menghadapi kondisi kerja yang brutal. Pada musim dingin, suhu udara bisa mencapai minus 60 derajat celsius. Badai salju bahkan bisa membekukan hingga ke tulang. Pada musim panas, nyamuk dan agas membawa penyakit serta kematian. Hidup menjadi sangat murah dan hanya pekerja yang sangat tangguh bisa bertahan.

Tantangan teknis untuk meletakkan rel di atas tanah bersalju tidak bisa dilalui secara efektif. Kurangnya mekanik dan material yang baik membuat kualitas proyek itu di bawah standar. Jembatan-jembatan ambruk, air hujan merusak tanggul-tanggul, dan lumpur menggenangi rel.

Pekerjaan berhenti sepeninggal Stalin pada 1953. Ketika itu, sepanjang 698 km rel sudah rampung. Tak pernah diketahui jumlah pasti orang yang meninggal dalam proyek itu. Pada 2010, bagian rel dari Igarka menuju Norilsk sepanjang 220 km dibangun kembali untuk mendukung industri nikel dan minyak. Jalur yang kini disebut Rute Lintang Utara itu dibuka pada 2015.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement