REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA –- Pemerintah Kabupaten Purbalingga berencana akan mendirikan desa wisata tematik khusus bahasa Inggris.
Desa ini nantinya akan menjadi semacam desa bahasa seperti di Kabupaten Magelang atau di Pare Kediri Jawa Timur.
"Untuk penjajakan awal, Pemkab telah mengirim tim guna mempelajari operasional sebuah desa bahasa di Desa Ngargogondo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang," jelas Wabup Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi, yang ikut mempelajari langsung pengelola desa bahasa di Borobudur, Senin (20/6).
Dia menyatakan, pembentukan desa bahasa tersebut nantinya akan semakin memperkaya keberadaan desa wisata yang sedang digencarkan di Purbalingga.
"Saat ini sudah ada 15 desa wisata yang menjual potensi alam, budaya, dan religi. Kami ingin melengkapi dengan desa wisata tematik khususnya tentang bahasa," katanya.
Menurut Dyah Hayuning Pratiwi, dengan memperhatikan letak geografis desa wisata Borobudur, memang tidak bisa disamakan dengan wilayah Purbalingga. Desa wisata Borobudur ibaratnya bisa terjual dengan memanfaatkan kunjungan wisatawan ke candi Borobudur. Namun jika melihat operasional dan fasilitas yang ditawarkan oleh desa wisata Borobudur, maka hal itu juga sangat mungkin diterapkan di wilayah Purbalingga.
"Potensi wisata Purbalingga sudah diperhitungan oleh masyarakat di Jawa Tengah. Dengan jumlah kunjungan wisatawan terbesar keempat di Jateng, maka sangat besar membuat sebuah desa bahasa. Sementara, sejumlah desa-desa wisata sudah mampu menyediakan homestay, fasilitas sebuah desa wisata, daya tarik di desa wisata, dan dukungan masyarakatnya," kata Wabup.
Kepala Bidang Pariwisata pada Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olah Raga (Dinbudparpora) Purbalingga, Prayitno, mengungkapkan Purbalingga sebenarnya pernah menggagas kampung Inggris di Desa wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari.
Namun pengelolaan kampung Inggris Limbasari tergantung pada person yang hanya satu orang, sehingga saat pengelola tersebut pergi ke luar kota atau sakit, maka operasionalnya menjadi tersendat.
"Belajar dari pengalaman, maka kami lebih cenderung menyiapkan sumberdaya manusia pengajarnya. Tidak hanya satu orang, tetapi minimal empat atau lima orang. Jadi tidak akan ada ketergantungan, jika salah satu berhalangan atau sakit," jelasnya.
Untuk lokasi, dia menilai, desa wisata yang sudah ada seperti Desa Panusupan Kecamatan Rembang bisa dipertimbangkan menjadi desa bahasa. Di desa itu, sudah tersedia homestay yang dikelola baik, ada enam destinasi wisata yang bisa mendukung pembelajaran.
"Tapi bisa juga ditunjuk desa lain yang memiliki potensi sumberdaya manusia yang mumpuni, bersemangat keras untuk maju dan siap memajukan desanya," katanya.