REPUBLIKA.CO.ID, MANDEH – Sumatra Barat (Sumbar) telah memposisikan diri sebagai destinasi wisata halal. Atraksi nature dan culture yang dimiliki Sumbar dinilai memenuhi syarat sebagai daerah tujuan wisata yang komplet. Provinsi ini memiliki gunung, pantai, persawahan, danau, kota di dataran tinggi serta mempunyai akar budaya yang kuat.
Ketua Pokja Percepatan 10 Bali Baru, Hiramsyah Sambudhy Thaib mengatakan, kawasan Mandeh, Pesisir Selatan akan segera dikebut. Ini setelah Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menetapkan Mandeh sebagai sentra pariwisata di Sumbar. “Sekitar 400 hektare di Mandeh akan dibangun pusat amenitas, seperti hotel, convention hall, restoran, café dan fasilitas lainnya,” kata Hiram dalam keterangannya, Jumat (10/6).
Kawasan Mandeh itu terletak di Kecamatan Koto XI Tarusan, berbatas langsung dengan Kota Padang. Tahun 2017 nanti, ditargetkan area itu menjadi salah satu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata. Membayangkannya seperti melihat Nusa Dua, Bali. “Dulu, Nusa Dua itu dikenal jauh dari Denpasar, jauh dari keramaian Kuta, dan minim fasilitas public. Sekarang, Nusa Dua sudah punya kelas dan menjadi pusat convention,” jelas Hiram.
Menurut Hiram, dampak KEK itu buat perekonomian sangat signifikan. Mandeh kelak bisa jadi akan menjadi motor penggerak pertumbuhan industri di Sumatera Barat. "Areal 400 hektar itu akan diajukan sebagai KEK pariwisata. Tapi yang terinfluence oleh KEK itu adalah seluruh Sumatera Barat. Dampaknya jauh lebih besar dari 400 hektare itu," ungkap mantan ketua Asosiasi Kawasan Pariwisata Indonesia 2002 itu.
Mandeh berjarak 56 km dari Kota Padang. Hiram sependapat dengan Menpar Arief Yahya, yang menempatkan Mandeh sebagai “Raja Ampat”-nya Sumatera. Kekuatannya ada di bahari, wisata laut, pantai dan bawah laut. Jadi orang Jakarta pun tidak harus jauh-jauh ke Raja Ampat, kalau di Sumatera juga ada. Pasti akan lebih murah dan menarik banyak orang. “Karena itu, kawasan seluas 18.000 hektar itu harus dioptimalkan untuk Pariwisata,” kata dia.
"Sekarangpun sebenarnya Mandeh sudah menjadi objek wisata. Sudah ada jetsky, snorkling, dan diving spotnya, tapi karena masih belum dioptimalkan, saat ini Mandeh belum bisa dijadikan sebagai destinasi wisata utama, maka dari itu perlunya dilakukan pembangunan ini," jelas Hiramsyah yang sudah keliling kawasan Mandeh melalui laut.
"Jadi bila melihat prosesnya, diharapkan pertengahan 2017 Mandeh sudah bisa ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata. Sambil nanti secara pararel membuat perencanaan sembari mengoptimalkan kawasan wisata yang sudah ada sekarang," paparnya.
Meski pemanfaatan pariwisata Mandeh saat ini dirasa belum cukup optimal, namun nyatanya kawasan ini sudah dipadati oleh wisatawan baik nusantara maupun mancanegara setiap tahunnya. Maka dengan melakukan kerjasama antar lembaga dan kementerian, Kemenpar-pun sudah mulai untuk mencoba memenuhi sejumlah kebutuhan kawasan ini. Salah satunya adalah dengan membangun akses jalan nasional.