REPUBLIKA.CO.ID, Dalam film atau kartun Jepang, Anda mungkin penasaran dengan semacam bekal atau barang persegi terbungkus kain yang dibawa para tokohnya. Seni membungkus barang itu disebut furoshiki, yang sudah populer di Jepang sejak periode Edo sekira tahun 1600-an.
Prameshwari Budiristio dari komunitas Indonesian Crafter yang mengeksplorasi berbagai seni dan kerajinan dunia menjelaskan, furoshiki biasa digunakan untuk membungkus bekal, hadiah, atau hantaran. Kain yang digunakan berasal dari beragam jenis, bahan, motif, corak, warna, dan ukuran. Yang penting selalu berbentuk persegi.
"Orang Jepang kalau mau kasih sesuatu tidak hanya dibungkus plastik atau diberikan begitu saja, tetapi berusaha bagaimana agar terlihat cantik," ungkapnya pada acara peluncuran HokBen Bento Ramadan dan Sosialisasi Sertifikasi Halal di Jakarta, Kamis (9/6).
Perempuan yang biasa disapa Amesh itu mengatakan, ukuran kain lazimnya berkisar antara 40x40 cm sampai 75x75 cm. Kain persegi itu dikreasikan untuk membungkus berbagai barang, mulai dari bentuk kubus, balok, silinder, bola, hingga botol.
Teknik membungkus furoshiki yang paling dasar dan umum digunakan bernama otsukai tsutsumi yang diaplikasikan pada benda persegi. Kain pembungkus diselubungkan dengan melipat dan menyimpul sisi-sisinya sehingga kotak terbungkus dengan apik.
Selain itu, terdapat teknik membungkus benda agar bisa dijinjing tanpa takut terjatuh. Beberapa di antaranya ialah suika tsutsumi, yotsu musubi, katakake fukuro, tesage bukuro, dan masih banyak lagi.
"Furoshiki selalu memakai kain karena bisa digunakan berulang, tidak hanya sekali pakai lalu dibuang. Lebih bisa di-recycle," ujar Amesh.