Jumat 10 Jun 2016 08:16 WIB

Memasak dengan Daging Sapi Beku, Iya Atau Tidak?

Rep: Reiny Dwinanda/ Red: Indira Rezkisari
Daging beku
Foto: pixabay
Daging beku

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Upaya pemerintah menstabilkan harga daging sapi di pasaran tak sepenuhnya berjalan mulus. Sebagian masyarakat melirik sebelah mata daging impor yang berasal dari peternakan Australia maupun Selandia Baru tersebut. Jaminan kehalalan dan harga yang lebih murah bahkan tak membuat masyarakat tergoda membelinya.

Sebenarnya, ada apa dengan daging impor? Sebagai chef, Bara Pattiradjawane sangat bisa memahami pilihan kelompok masyarakat yang segan membeli daging impor. "Daging sapi terbaik tentu saja yang segar, berasal dari ternak yang baru disembelih," kata Bara.

Unsur tersebut tak mungkin terpenuhi oleh daging sapi impor. Untuk bisa sampai ke tangan pembeli, daging sapi asal negeri seberang harus dibekukan segera setelah ternak disembelih. "Proses pembekuan daging segar itu berlangsung supercepat, tak sama seperti freezer rumahan," ujar Bara kepada Republika.co.id usai peluncuran kompor tanam edisi terbatas Modena Maestro Chef, Kamis (9/6) lalu di Modena Experience Center, Jakarta Selatan.

Proses pembekuan seketika oleh pembeku skala industri membuat mikroorganisme yang ada pada daging tidak bisa memperbanyak diri. Kesegaran daging pun terjaga dengan stabilnya suhu freezer. Persoalan baru timbul jika kualitas  freezer kurang baik.

Daging akan lebih cepat menurun kualitasnya saat disimpan di lemari pembeku yang temperaturnya berfluktuasi. Kalau freezer-nya bagus, daging bisa disimpan sampai enam bulan. "Sementara itu, jika lemari pembekunya kualitas sedang, bisa jadi masa simpan dagingnya hanya bisa dua bulan," urai Bara.

Daging lokal sebetulnya juga tidak mungkin semuanya tak pernah masuk lemari pembeku. Di Rumah Potong Hewan, sebagian daging dibekukan segera setelah ternak disembelih. Begitu sampai ke tangan penjual, daging ada yang berpindah freezer dan sebagian lain dilumerkan untuk dijual di pasar modern maupun tradisional.

Titik rawan ada di masa penjualan. Terkadang, daging yang sudah digantung di pasar atau diletakkan di chiller supermarket tidak langsung habis terjual. Stok yang tersisa lantas dimasukkan ke dalam lemari pembeku.

Proses beku-lumer-beku ini membuat kualitas daging merosot. Peluang berkembangnya bakteri pun lebih besar. "Daging lokal atau impor sama saja risiko penurunan kualitasnya kalau diperlakukan seperti itu," jelas Bara.

(baca: Daging Beku Murah Impor tak Populer di Masyarakat)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement