REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Sebanyak empat seniman dari Jepang menggelar pameran seni rupa bertajuk 'Explorasi' di Galeri Banyu Bening, dekat Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Pameran tersebut akan berlangsung hingga 30 Juni 2016.
Pembukaan pameran mereka yang ditandai dengan pentas musik eksploratif dari Kelompok Bohemian Instrumental itu, di Borobudur, Senin (23/5) malam. Pembukaan dilakukan oleh kolektor ternama Indonesia berasal dari Kota Magelang Oei Hong Djien.
Mereka yang berpameran adalah Kentaro Yokouchi, Yasuyuki Ueda, Junko Hayakawa, Mami Kato. Mami Kato sejak 1987 tinggal di Indonesia dan menikah dengan budayawan Magelang Sutanto Mendut. Dia pun telah mendirikan Studio Mendut, sekitar 100 meter arah timur Candi Mendut.
Sebanyak dua perupa dari kawasan Candi Borobudur, yakni Arif Safari dan Asrul Sani, juga bersama mereka menggelar karya dalam pameran di galeri yang dikelola Suitbertus Sarwoko, persis di depan Pintu VII Taman Wisata Candi Borobudur itu.
Sarwoko yang juga pelukis kawasan Candi Borobudur itu, mengatakan sekitar 60 karya dipamerkan oleh mereka dengan mengedepankan teknik berkarya yang baru. Juga media yang tidak konvensional, antara lain penggunaan mika, neon box dan batik.
Kalau umumnya perupa membuat karya lukis dengan cat air di kertas atau cat minyak di kanvas, dia mengatakan untuk karya-karya yang mereka pamerkan berupa eksplorasi dari berbagai bahan itu. Termasuk penggunaan batik sebagai media dan teknik melukis menggunakan dua tangan secara bersama-sama. "Mereka juga memperhatikan soal detail yang tinggi, teknik drawing yang detail, penguasaan volume dan dimensi. Jarang kita jumpai melukis dengan dua tangan," ujarnya.
Karya yang mereka pamerkan, antara lain berjudul Raden No Mori I-XXI (Yasuyuki Ueda), Nogo Gini, Pak Tani, Dewi Sri dan Dewi Sadono, dan Bima Bungkus (Mami Kato), Alas-Alasan (Asrul Sani), Wawon dan Untitle (Arif Safari), Fleeting Life Living, Thingking of Suko Surono, dan The Beginning of the Story (Junko Hayakawa). Serta beberapa karya Kentaro Yokouchi tanpa diberi judul.
Kentaro mengatakan karya-karya yang dipamerkan sebagai bagian dari pencarian yang representatif atas segala pikiran para perupa dengan menggabungkan pengaruh seni dari beberapa negara agar menjadi bentuk seni baru. "Eksplorasi ini mencari cara-cara pandang seni yang baru, dengan mencari dalam pikiran sendiri, bagaimana menciptakan seni baru. Eksplorasi ini cara untuk menjadikan seni yang relevan dengan dunia modern," katanya.
Ia mengatakan seni jenis baru berpengaruh dan turut membentuk jalannya sejarah seni di dunia baru.
Kolektor lukisan Oei Hong Djien menyatakan kagum atas karya para perupa Jepang dan kawasan Candi Borobudur yang berpameran selama sebulan ke depan di tempat itu.
"Karya-karya mereka sudah disebut karya seni bukan cat lagi. Mereka membuat hal yang biasa menjadi luar biasa melalui karya-karya itu. Memang seni adalah membuat yang biasa menjadi luar biasa, dan bahkan sering tidak setiap orang mengerti," katanya.
Tema pameran 'Explorasi' menurut dia juga sebagai hal yang substansial dalam kehidupan di segala bidang. Karena memang sebagai usaha pencarian secara terus-menerus hingga menemukan sesuatu yang baru.
"Eksplorasi tidak hanya berlaku untuk seniman, tetapi semua orang melakukan eksplorasi. Kolektor juga melakukan eksplorasi. Eksplorasi sangat penting untuk semua aspek kehidupan," katanya.