REPUBLIKA.CO.ID, PARIAMAN -- Unit Pelaksana Teknis (UPT) Konservasi Penyu Kota Pariaman, Sumatra Barat, menghasilkan pendapatan asli daerah (PAD) sebesar Rp 34 juta dari biaya retribusi yang dipungut dari Januari hingga Maret 2016. Kepala UPT Konservasi Penyu setempat, Citrha Aditur Bahri di Pariaman, Kamis (31/3) menyebutkan dari jumlah pendapatan tersebut di antaranya bersumber dari biaya parkir, dan pelepasan anak tukik oleh wisatawan yang datang berkunjung.
"Jumlah pendapatan tersebut sebenarnya bisa jauh lebih besar. Namun kami masih banyak kecolongan karena kekurangan personel dalam menjalankan tugas masing-masing," kata dia.
Dia mengatakan untuk orang dewasa dikenakan biaya retribusi masuk sebesar Rp 5.000 dan Rp 3.000 bagi anak-anak. UPT Konservasi penyu sendiri bisa dikunjungi setiap harinya.
Sebelumnya Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) setempat telah memiliki wacana untuk meliburkan UPT Konservasi Penyu selama dua hari dalam seminggu. Hal tersebut bertujuan agar penyu-penyu yang ada tidak mengalami stres karena setiap hari dikunjungi wisatawan."Wacana untuk meliburkan tersebut masih dalam pembahasan dan belum bisa dipastikan apakah hal itu bisa terlaksana atau tidak," jelasnya.
Selain kekurangan tenaga di lapangan, pihak UPT Konservasi Penyu juga sering menerima adanya keluhan dari pengunjung tentang ketersediaan papan informasi, tenaga pendamping, akses jalan, dan sistem pengelolaan parkir yang diterapkan oleh Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika setempat.
"Keluhan para pengunjung sudah kami terima dan disampaikan kepada pimpinan, dan tentunya akan ditindaklanjuti secepatnya," ujarnya.
Terkait parkir, pihak UPT Konservasi Penyu telah melakukan koordinasi dengan Dishubkominfo setempat untuk menindaklajutinya. "Petugas parkir yang tidak menggunakan atribut tersebut telah kami sampaikan kepada pimpinannya, mereka adalah petugas resmi sehingga nantinya tidak ada lagi pengunjung yang merasa dirugikan," jelasnya.
Sebelumnya, Rina (34) salah seorang pengunjung asal Kota Padang mengaku memilih berlibur ke UPT Konservasi Penyu karena menawarkan sensasi tersendiri. Meski pun demikian ia berharap kepada pemerintah setempat untuk terus menambah sarana dan prasarana serta tenaga pendamping atau pemandu wisata agar memudahkan pengunjung.
"Kami datang ke sini sekaligus untuk belajar tentang penyu, oleh karena itu kami harapkan sekali tenaga pemandu siap untuk membantu pengunjung," ujarnya.