REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tanamera berhasil memboyong 13 penghargaan internasional dalam malam penganugerahan Australian International Coffee Award (AICA) 2016. Tanamera berhasil mengungguli 658 peserta yang berasal dari berbagai negara dalam kompetisi internasional Melbourne International Coffee Expo (MICE) tersebut dengan mengandalkan 100 persen biji kopi asal Indonesia.
"Ini pertama kali kopi Indonesia menang (di ajang internasional)," ungkap Direktur Tanamera John Lee saat ditemui di Tanamera Coffe Thamrin.
Dalam kompetisi tersebut, Lee mengatakan bahwa Tanamera membawa 20 sampel kopi yang berasal dari biji kopi Arabika Indonesia terbaik. Dari 20 kopi yang dibawa, Lee mengatakan 13 kopi di antaranya berhasil membawa pulang penghargaan Champion Filter Coffee dengan total satu penghargaan Gold, lima penghargaan Silver dan tujuh penghargaan Bronze.
Pada mulanya, Lee tidak memiliki ekspektasi besar dalam kompetisi kopi internasional yang diselenggarakan oleh Royal Agricultural Society of Victoria (RASV) tersebut. Pasalnya, kompetitor dari berbagai negara seperti Australia, Kanada, Hong Kong, Inggris hingga Amerika datang dengan menggunakan biji kopi yang mahal.
Meski sempat sedikit kecil hati, cita rasa biji kopi Arabika Indonesia yang disajikan Tanamera di hadapan para juri ternyata mampu memberi gaung yang besar. Kopi Malabar Natural, misalnya, berhasil menyabet penghargaan Gold untuk kategori pour over single origin. Selain memborong 13 penghargaan untuk kopi, Tanamera juga berhasil meraih peringkat pertama dalam kategori Champion International Roaster di ajang yang sama.
"Ini sebuah kebanggaan besar untuk kopi Indonesia," tambah Lee.
Kacintaan Lee pada biji kopi Indonesia pun mendorongnya untuk terus melakukan edukasi kepada petani kopi agar dapat menghasilkan biji kopi terbaik yang diakui di kancah internasional. Pasalnya, dengan edukasi yang baik kualitas biji kopi Indonesia yang dihasilkan pun dapat meningkat dengan signifikan.
Upaya Lee dan Tanamera mengedukasi petani kopi Indonesia bermula sejak 2 tahun lalu. Saat itu, Lee bertemu seorang petani yang memberinya sampel kopi. Sayangnya, sampel yang diterima Lee tida, memiliki kualitas yang baik sehingga tidak dapat ia gunakan. Lee kemudian memberi edukasi pada petani tersebut mengenai sistem pemrosesan kopi.
"Setahun kemudian akhirnya dia dapat hasilkan kopk bagus. Kopi itu digunakan tahun ini dan daapt medali. Sedikit edukasi bagi petani dapat menghasilkan kopi yang berbeda," kata Lee.