REPUBLIKA.CO.ID, Ketua II Bidang Internal Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (Potads), Dini Prihatini, mengatakan anak penyandang sindroma down adalah anak yang mempunyai kelebihan kromosom nomor 21 yang mempengaruhi tumbuh kembangnya. Mereka harus sering-sering diterapi atau stimulasi karena memang tonus ototnya lemah.
“Kalau tidak diterapi, karena mereka lahirnya lambat, akan tambah lambat. Makanya kalau dia memang sehat keadaannya, karena memang ADS (anak down syndrome) ada yang memang ada penyakit bawaan seperti jantung bocor, masalah dengan paru-paru, THT, begitu lahir dicek semua, kalau memang bagus semua sehat, lakukan segera terapi, tapi kalau ada masalah jantung atau lainnya nggak boleh harus beres dulu,” jelansya kepada Republika.co.id.
Ia menyarankan agar orang tua dengan anak sindroma down melakukan terapi secepat mungkin dan rutin. Terapi tidak harus di tempat terapi, di rumah juga bisa, asal tahu caranya. “Karena tonus mereka lemah, itu harus distimulasi, diterapi, dilakukan fisioterapi. Selain itu ada stimulasi motorik halus dan kasar, namanya okupasi terapi,” jelasnya.
Selain itu bisa juga distimulasi dengan bermain saja tidak perlu terapi. Misalnya cari mainan yang bisa diperas atau pencet. Mainan itu bisa melatih motorik juga supaya kuat pegangannya. Bisa juga dengan mainan yang bisa dimasukkan. Memasukan sesutau ke botol, atau memasang kancing itu juga harus latihan stimulasi.
Selain terapi dan stimulasi, juga harus diajak sosialisasi. Ajak anak sindroma down keluar rumah. Jangan disembunyikan terus. “Mereka juga kan harus mengenal dunia luar, harus tahu merasakan udara panas, dingin, rumput itu bagaimana. Mereka harus tahu macam-macam orang, cara menangani orang yang mungkin iseng. Harus tahu bagaimana cara bersosialiasi dengan orang seumuran, jadi nggak kaget, bisa juga ajak ke mal sekali-kali. Kalau mereka tidak terbiasa, itu yang berbahaya,” tambahnya.
Mengajak anak keluar rumah untuk bersosialisasi bisa dilakukan sejak anak masih bayi, asal udara bagus dan kondisi anak sehat tidak masalah. “Misalnya ajak anak makan di luar rumah, kalau bisa duduk, kasih lihat mobil lewat, atau kenalkan dengan binatang misalnya kupu-kupu terbang,” tambahnya.
Dini mengatakan walaupun mereka belum bisa bicara tapi mereka bisa menangkap. Ketika umurnya sudah bisa mengucapkan atau rasakan, mereka akan mengingat. Bahkan kalau ADS sudah bisa jalan lebih enak lagi, ajak mereka jalan, bisa merasakan bagaimana itu rumput. “Jadi untuk sosialiasi tidak ada batasan umur asal kondisi lagi bagus dan fit, sekalian buat pembelajaran selain sosialisasi."