REPUBLIKA.CO.ID, Memiliki anak sindroma down mungkin awalnya akan membuat hati orang tua terutama sang ibu hancur. Betapa kagetnya, anak yang diidamkan dan dikandungnya selama sembilan bulan, ternyata harus lahir dengan keadaan berbeda.
Perasaan sedih tentu saja tak dapat dihindari. Hal itu juga pernah dirasakan oleh Dini Prihatini, begitu tahu anak ketiganya menyandang sindroma down, awalnya sulit untuk menerima.
Namun, Dini sekarang tidak lagi lagi mau terus bersedih, dia justru memberikan dukungan pada ibu-ibu lainnya yang baru mempunyai anak sindroma down untuk tidak malu memiliki mereka.
Menurutnya, masih banyak orang tua yang tidak mau terbuka kalau dia memilki anak dengan down syndrome (ADS). Ini jelas karena mereka malu mempunyai ADS. Sehingga mereka tidak percaya diri. “Akhirnya kerugiannya adalah kasihan terhadap anak itu sendiri, akhirnya yang mungkin dia bisa berkembang dengan baik, mandiri dengan terapi, stimulasi dan sosialiasi, tapi karena orang tuanya malu, mereka menutupi, ya sudah anaknya jadi nggak berkembang apa-apa, akhirnya jadi begitu-begitu saja. Dan akhirnya stigma yang beredar dimasyarakat yang bilang ADS nggak bisa apa-apa, benaran terjadi, padahal tidak seperti itu,” jelasnya kepada Republika.co.id.
Karena itu, sebagai Ketua II Bidang Internal Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (Potads), Dini mengajak para orang tua yang memiliki ADS jangan pernah malu. “Potads mempunyai moto, Aku ada, Aku bisa. Asal jangan malu, berfikiran positif, terbukalah terhadap masyarakat, karena tujuan kita mensosialisasikan down syndrome di mata masyarakat yang masih punya stigma bahwa anak sindroma down adalah anak idiot nggak bisa apa-apa,” tambahnya.
Ia dan rekannya bertekad untuk menghilangkan stigma negatif tersebut. ADS bukan anak idiot, bukan sama sekali. Dulu memang ada anak idiot, yang rendah sekali IQ-nya di bawah anak sindroma down. Tapi mereka tidak boleh disebut idiot.
“Down syndrome juga nggak boleh disebut Mongoloid Face dari WHO, karena orang Mongolnya protes, kalo ADS ya ADS, dan bukan penyakit, penyakit ada obatnya, ADS disebut penyandang, bukan penderita. ADS itu bukan penyakit tidak ada obatnya,” ujarnya. Satu hal yang perlu ditekankan, lanjut Dini, anak adalah titipan Tuhan, entah ADS atau normal. orang tua pun tak perlu malu terhadap titipan Tuhan.