Selasa 22 Mar 2016 08:42 WIB

Ribuan Anak Indonesia Tumbuh dengan Sindroma Down

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Anak-anak sindroma down sedang bermain alat musik.
Foto: dok Republika
Anak-anak sindroma down sedang bermain alat musik.

REPUBLIKA.CO.ID, Anak penyandang down syndrome atau lebih dikenal dengan anak down syndrome (ads), saat ini jumlahnya di Indonesia sangat banyak. Dari data yang dimiliki Persatuan Orang Tua Anak dengan Down Syndrome (Potads) saja jumlahnya mencapai 600 orang lebih.

Jumlah tersebut merupakan data dari anggota grup whatsapp milik Potads. Ada sekitar empat grup yang masing-masing grup berisi 100 lebih anggotanya. Sementara di grup Facebook milik Potads, yang terdaftar jumlahnya mencapai ribuan anggota. Hanya saja, di grup tersbeut bukan saja berisi orang tua dengan anak sindroma down tapi juga ada pemerhati sindroma down.

“Selain Potads pusat, juga ada Potads Bandung, Medan, Bali, Kaltim dan Surabaya. Alhadulillah sudah banyak mencakup ads di Indonesia. Memang belum seluruh Indonesia. Tapi saya yakin masih banyak di luar sana yang belum bergabung,” jelas Ketua II Bidang Internal Potads, Dini Prihatini, kepada Republika.co.id, Selasa (22/3).

Hal tersebut diakui Dini karena memang di zaman modern ini, masih banyak orang tua yang mempunyai ads yang tertutup. Apalagi yang di daerah, karena mungkin lingkungan yang mendukung, keluarganya yang tak berpunya, sehingga sulit mendapatkan informasi.

Bagi Potads, visi misi utama mereka untuk mendukung orang tua baru yang mempunyai ads. Banyak orang tua yang tidak mengerti kalau anaknya adalah penyandang sindroma down. Terlebih di daerah-daerah yang memang tidak mampu, yang belum dapat informasi dari dokter sama sekali.

“Pendekatan kita adalah kita lihat dulu, kita kalau memang kenal baik ajak ngobrol, kalau tidak kenal baik, cerita dulu, ada lho teman Saya anaknya sindroma down sekarang perkembangannya bagus,” jelasnya.

Setelah itu, bisa mendekati orang tua tersebut dengan memperlihatkan perkembangan ads melalui telepon genggam, setelah dilakukan terapi rutin, stimulasi dan diajak sosialisasi keluar rumah. Perkenalkan pula mengenai Potads.

“Lihat responsnya, kalau kayaknya nggak mau peduli dulu jangan dipaksakan. Kalau masih menolak dan belum terima banget, kalau kita paksa, malah sensitif. Tapi kita kasih masukan, kalau ads bisa berkembang dengan baik, bisa lebih positive thinking juga, kalau ads juga bisa berkembang dengan baik,” paparnya.

(baca: 21 Maret Hari Peringatan Sindroma Down Sedunia)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement