REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Pariwisata (Kemenpar) kian gencar mempromosikan Wonderful Indonesia. Di ajang Auckland International Cultural Festival 2016, acara tahunan yang sudah eksis sejak 16 tahun yang lalu, Kemenpar mempromosikan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK).
“Di sana kami tidak hanya promosi budaya dan destinasi baru. Kami juga promosikan kebijakan Bebas Visa Kunjungan (BVK),” ujar I Gde Pitana, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata, dalam keterangannya Senin (21/3).
Selandia Baru merupakan salah satu negara yang masuk dalam daftar Bebas Visa Kunjungan ke Indonesia. Menurut Pitana, promosi perlu dilakukan agar jumlah wisatawan asal negeri Kiwi yang berwisata ke Indonesia bertambah banyak. “Jumlah kunjungan wismannya masih terlalu kecil,” ungkap Pitana.
Kemenpar menilai, Selandia Baru masih dianggap sebagai pasar potensial, belum pasar utama. Menurut Pitana, target pasar Selandia Baru masih menyatu dengan Australia. Sekedar gambaran, pada 2015, wisman Australia yang berkunjung ke Indonesia mencapai 1.026.239 orang. Mimpi Pitana, setelah promosi gencar soal BVK, pada 2016 Kemenpar bisa meningkatkan angka kunjungan hingga 1,4 juta orang.
"Selandia Baru adalah negara yang maju dengan kesejahteraan masyarakat yang tinggi. Jumlah outbond-nya melebihi jumlah penduduk, tetapi yang ke Indonesia baru sekitar 33 ribu orang. Jadi kita sedang berusaha menarik mereka untuk berkunjung ke Indonesia," kata Pitana.
Saat ini, PP No 21 Tahun 2016 tentang tambahan BVK yang baru sudah diteken Presiden Joko Widodo, untuk 169 negara sejak 2 Maret 2016. Termasuk di dalamnya Selandia Baru. Kebijakan ini telah secara resmi memiliki payung hukum, karena itu tinggal diimplementasi di lapangan. “Dan promosi ke negara-negara BVK itu,” jelasnya.
Rencana promosi BVK itulangsung direspons Asnawi Bahar, ketua umum Asosiasi Biro Pariwisata Indonesia (ASITA). “Ini bisa memberi efek positif dalam banyak hal, tenaga kerja, aspek turisme, kebudayaan dan seni, kuliner, perhotelan dan restoran atau akomodasi, transportasi dan lain sebagainya,” ungkap Asnawi.
Dari pengalaman Asnawi, kebijakan bebas visa akan berdampak positif dalam segi finansial. Harga visa bisa menunjang budget yang lain seperti peluang membelanjakan cinderamata, lama menginap pada hotel, makan dan minum serta transportasi. “Sudah merupakan suatu kebiasaan para turis di Australia dan Selandia Baru kalau akan berlibur ke negara lain itu membuat neraca budget. Kalau ada promosi BVK, wisnus Selandia Baru bisa langsung terbang, sudah bisa berwisata di Indonesia. Tidak perlu menunggu jadinya visa, tidak perlu mengurus Visa on Arrival. Budget pembuatan visa jadi bisa dialihkan ke hal lain,” terang Asnawi.
Menpar Arief Yahya mengatakan, salam World Economic Forum (WEF) salah satu pilar penting untuk memperbanyak kunjungan adalah International Openess. Menderegulasi wisman untuk masuk ke tanah air. “Setelah masuk dengan mudah, mereka akan membelanjakan budgetnya dengan mudah, sehingga dalam ekonominya bisa lebih kuat,” jelas Arief Yahya.
Arief Yahya memproyeksikan Australia bakal naik lebih signifikan ketika deregulasi di bidang Visa, diberi kemudahan. Mereka tidak terlalu pusing untuk mengurus Visa, sekalipun itu jenias Visa on Arrival. “Kebijakan ini yang harus disosialisasikan lebih banyak di Australia, pasar terbesar bagi destinasi Bali," papar Arief.