Rabu 09 Mar 2016 04:34 WIB

Ribuan Eclipse Hunter Padati Sulawesi Tengah

Sejumlah turis beristirahat di lokasi Eclipse Festival 2016 di Perbukitan Ngata Baru, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/3).
Foto: Antara/Yusran Uccang
Sejumlah turis beristirahat di lokasi Eclipse Festival 2016 di Perbukitan Ngata Baru, Palu, Sulawesi Tengah, Senin (7/3).

REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Fenomena Gerhana Matahari juga membawa berkah di Sulawesi Tengah. Diperkirakan 10.000 pengunjung dari dalam dan luar negeri akan menyaksikan GMT di Sulawesi Tengah pada Rabu (9/3).

Hingga 1 Maret 2016, sudah tercatat sekitar 5.000 orang pengunjung dari berbagai negara di dunia yang mengonfirmasikan kehadirannya. Mereka adalah pencinta gerhana yang menamakan diri "eclipse hunter", ilmuwan, fotografer dan wisatawan.

Akibatnya, kamar-kamar hotel mulai yang berbintang sampai kelas melati sudah terpesan penuh untuk empat hari, yakni 7 sampai 10 Maret 2016.

"Kami terpaksa mencari-cari rumah penduduk yang bisa dimanfaatkan untuk tempat menginap para tamu dari sejumlah kementerian dan lembaga negara yang akan datang, karena tidak ada lagi kamar hotel yang kosong," ujar Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sulawesi Tengah Sitti Norma Mardjanu.

Provinsi berpenduduk sekitar 2,7 juta jiwa ini tampaknya memang lebih beruntung dibanding 11 provinsi lainnya yang akan dilintasi GMT, karena memiliki titik pantau terbanyak yang tersebar pada lima kabupaten yakni Sigi, Parigi Moutong, Poso, Tojo Unauna dan Banggai serta Kota Palu.

Berbagai festival telah disiapkan untuk para pengunjung GMT yang diharapkan membikin mereka betah berlama-lama di kota ini, serta memikat hati turis untuk kembali lagi berkunjung pada kesempatan berikutnya.

"Festival seperti ini penting karena, sebagian besar pengunjung asing nanti adalah mereka yang baru pertama kalinya datang ke Indonesia," tutur Zulfikar Usman, Direktur Hasan Bahasuan Institute (HBI) yang akan menggelar festival seni-budaya di Desa Ngatabaru, Kabupaten Sigi, lokasi pengamatan GMT dengan pengunjung asing terbesar di provinsi ini.

HBI akan menyajikan seni budaya dari berbagai daerah di Sulawesi, khususnya Sulawesi Tengah seperti tari kolosal Raego dari Kabupaten Sigi, yang melibatkan 40 orang penari ditambah 10-an orang pemain musik. Raego dance akan didampingi dengan penampilan tari-tarian dari Tanah Toraja dan Bone, Sulawesi Selatan serta berbagai kelompok etnis seperti Batak dan Jawa.

Menpar Arief Yahya menilai dari animo yang begitu kuat itu, target Kemenpar pada GMT 2016 ini terlampauai jauh. "Target wisman di 12 provinsi, pada GMT ini 10.000 wisman, dengan devisa 150 M. Saya kira jauh terlampaui," ucap Menpar Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement