Jumat 04 Mar 2016 23:10 WIB

Genjot Wisata Halal, Aceh Gelar International Rapai Festival

Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.
Foto: Republika/Prayogi
Masjid Raya Baiturrahman, Banda Aceh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nangroe Aceh Darussalam (NAD) terus disentuh dengan konsep wisata halal, yang sering disebut “halal destination.” Setelah Lombok, kini giliran provinsi yang berada di ujung utara-barat itu yang mulai diproyeksikan untuk pasar Timur Tengah.

Halal tourism itu ada pasarnya, dan besar. Hampir sama dengan jumlah outbond Cina 100 juta orang setiap tahunnya,” ungkap Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangan tertulisnya, Jumat (4/3).

Selain itu, daya beli dan kebiasaan belanja wisman asal Jazirah Arab itu tergolong besar. Bahkan terbesar di antara wisman lain di seluruh dunia. “Wisman Arab Saudi itu bisa 1.750 dolar AS per kunjungan. Uni Arab Emirat rata-rata 1.500 dolar AS per visit. DIbandingkan dengan Eropa maupun Asia, mereka lebih royal, karena rata-rata hanya 1.200 dolar AS yang ke Indonesia,” ungkap Arief.

Agar branding “Halal Destination” itu cepat mengangkat nama Aceh, kata Menpar, salah satu cara yang paling efektif adalah memenangkan kompetisi halal tourism yang secara rutin digelar di Abu Dhabi, UAE. Selain itu, Aceh juga harus dipersiapkan hospitality-nya.

Kepala Dinas Pariwisata Aceh Reza Pahlevi menambahkan, pihaknya akan konsisten mengedepankan wisata halal bagi para wisawatan sesuai instruksi Menteri Pariwisata Arief Yahya. "Kami akan gelar Aceh International Rapai Festival pada bulan September 2016, mendatang. Rangkaian acara pertunjukan musik yang bernuansa Muslim juga," kata Reza.

Pihaknya sudah berkoordinasi dengan semua seniman di Tanah Air dengan berbagai jaringannya. Rapai merupakan alat musik khas Aceh seperti gendang. Banyak masyarakat Islam di Aceh menggunakan alat musik ini dalam berbagai kegiatan Islami. "Jadi semacam rebbana, tapi ini ternyata bisa mendunia juga. Sudah konfirmasi sekitar 15 negara akan confirm ikut di acara kami nanti itu," kata dia.

Cara mengundang para kontestan tersebut, Reza mengoptimalkan berbagai jaringan komunitas gendang, drum, rebbana atau alat tabuh apapun yang mirip dengan fungsi dan cara kerja Rapai. "Dan banyak sekali yang antusias, dari negara Timur Tengah juga ada. Kami sangat gembira karena biasanya wisatawan mancanegara kami banyaknya hanya dari Malaysia," cetusnya.

Perhelatan alat perkusi khas Aceh itu, lanjut Reza, bertujuan untuk mempromosikan kekayaan seni budaya Aceh. Selain itu juga akan mempromosikan wisata Aceh secara lebih luas.

Geliat Pariwisata di Aceh, ungkap Reza, juga mulai tinggi. Menurut dia, sudah hampir 10 ribu wisatawan mancanegara setiap tahun berkunjung ke Tanah Rencong. "Semoga kami bisa terus meningkatkan wisatawan dan menambah jumlah kunjungan ke Tanah Air," ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement