Rabu 02 Mar 2016 23:11 WIB

Festival Bau Nyale 2016 Diminati Wisatawan Mancanegara

Salah satu pantai yang masuk kawasan ekonomi khusus Mandalika, Lombok Tengah.
Foto: Antara
Salah satu pantai yang masuk kawasan ekonomi khusus Mandalika, Lombok Tengah.

REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Festival Bau Nyale 2016 yang digelar di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) diminati wisatawan mancanegara (wisman) dan wisatawan nusantara. Bau Nyale adalah keluarnya sejenis cacing setahun sekali di Lombok, yang dikaitkan dengan legenda Puteri Mandalika.

"Kami punya acara Festival Bau Nyale 2016 yang memberi dampak positif bagi kedatangan wisman dan wisnus di Lombok," kata Esthy Reko Astuty, Deputi Bidang Pengembangan Pasar Pariwisata Nusantara, dalam keterangannya, Rabu (2/3).

Angka kunjungan wisatawan nusantara dan manca negara melonjak tajam. Tingkat hunian hotel juga ikut terkatrol naik. Gaungnya, makin terdengar ke luar negeri. “Saya sempat melakukan survey kecil-kecilan di sekitar Pantai Kuta, Mandalika, Lombok. Tidak ada satu pun hotel maupun home stay yang kosong. Hotel melati sampai hotel berbintang seperti Novotel sudah full booked sejak seminggu sebelum acara," ungkap Esthy.

Saat Festival Bau Nyale digelar akhir pekan silam, pantai di wilayah selatan di Lombok Tengah dipadati puluhan ribu manusia. Warga tumpah ruah mengikuti ritual bau nyale, dari Pantai Seger Desa Kuta, hingga Selong Belanak. Pantai Awang, An, Gerupuk, Selong Belanak, Mawun, Mawi, Tampah dan beberapa titik lainnya, juga penuh oleh lautan manusia.

Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Lalu Moh Faozal. Lautan manusia memang tumpah ruah di garis pantai yang membentang hingga 76 km itu. Baginya, Festival Bau Nyale adalah suatu yang unik.bDan yang terpenting, ini adalah upaya pemerintah menanamkan nilai-nilai pengorbanan layaknya Putri Mandalika.

“Ritual bau nyale merupakan satu-satunya ritual terunik sepanjang sejarah. Ritualnya menyedot pengunjung yang banyak. Dan ini sudah diakui dunia,” paparnya. Menurut Faozal, ada peningkatan kunjungan wisatawan sekitar 20 persen bila dibanding 2015. Dan 70 persen tamu yang menginap di sekitar Pantai Kuta, tak lagi didominasi turis lokal. Sekarang, dominasinya dikuasai turis asal Singapura, Hong Kong, Eropa dan Amerika Serikat.

Menpar Arief Yahya mengatakan, setiap daerah punya kisah cerita yang tercipta dari nenek moyang turun temurun. Salah satu keunikan dan dapat pikat bagi wisatawan adalah storyline itu sendiri.

"Wisman yang datang ke Indonsia itu 60 persen ingin melihat budaya, 35 persen baru nature. Sisanya 5 persen adalah manmade. Karena itu jika sudah memiliki kisah cerita budaya yang kuat. Harus dieksplorasi viral, yang bisa menyebar ke mana-mana," ungkap Arief.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement