Rabu 02 Mar 2016 10:27 WIB

Berlin Buka Tur Museum Berbahasa Arab untuk Para Pengungsi

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Indira Rezkisari
 Zoya Masoud memimpin tur berbahasa Arab di Museum of Islamic Art, dalam bagian dari program di Museum Pergamon di Berlin bulan Februari 2016.
Foto: New York Times
Zoya Masoud memimpin tur berbahasa Arab di Museum of Islamic Art, dalam bagian dari program di Museum Pergamon di Berlin bulan Februari 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Museum Pergamon di Berlin terkenal dengan Gerbang Ishtar, sebuah monumen berhias keramik biru dan putih dan dilengkapi dengan dekorasi singa emas yang pernah menjadi gerbang masuk menuju Babilonia kuno. Seorang mahasiswa jurusan ekonomi asal Irak Kamal Alramadhani (25 tahun) berkesempatan melihatnya untuk pertama kali bulan lalu. "Saya merinding," ujarnya seperti dikutip Malay Mail Online, Sabtu (29/2).

Alramadhani mengatakan dengan sedikit berbisik, monumen itu berasal dari negaranya sendiri. Warga asli Mosul, Irak yang sebelumnya belajar ekonomi di Universitas Baghdad itu datang ke Jerman pada Oktober. Ia adalah salah satu dari sekian banyak pencari suaka dari Timur Tengah menuju Eropa.

Sore itu, Alramadhani dan sekitar 30 orang lainnya berkunjung ke museum dengan pemandu berbahasa Arab secara gratis. Ini merupakan bagian program yang dibiayai pemerintah Jerman untuk menunjukkan pada pengungsi warisan kebudayaan Jerman. Meski, tentunya, sejumlah warisan budaya itu datang dari Timur Tengah.

Pemandu tur Zoya Masoud (27) mengatakan, banyak orang bilang Jerman telah mencuri warisan budaya masyarakat Timur Tengah. Akan tetapi, ia mengaku, banyak juga yang bilang karya-karya seni itu lebih baik berada di Berlin. Ini karena sejumlah warisan budaya di Suriah telah hancur karena perang dan ulah ISIS.

Masoud bukan seorang pengungsi. Ia tumbuh di Damaskus dan pindah ke Eropa untuk sekolah pada 2010. Ia menjadi salah satu dari 19 pemandu dari program yang diberi nama Multaka atau artinya tempat bertemu.

Program itu dibiayai oleh pemerintah Jerman. Terdapat dua tur berbahasa Arab dalam sepekan. Multaka bergulir mulai musim panas tahun lalu ketika Jerman mulai membuka diri untuk sekitar satu juta orang pencari suaka.

(baca: Penyayang Binatang? Jangan Lagi Naik Gajah Saat Liburan)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement