REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah sukses menggelar Festival Wonderful Indonesia di kawasan perbatasan Aruk, Sambas, Kalimantan Barat, pada Sabtu (27/2), Kementerian Pariwisata (Kemenpar) bertekad untuk menghelat acara serupa di kawasan perbatasan yang lain.
"Ada ratusan titik perbatasan, dan kami geber dengan event secara reguler," ungkap Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya dalam keterangannya, Ahad (28/2). Menpar pun belajar dari negara-negara Eropa, yang jumlah kunjungannya besar. Paris, misalnya, dikunjungi 60 juta wisman per tahunnya. Sedangkan London sampai 40 juta turis.
"Mereka punya jumlah turis banyak, karena bisa ditembus dengan jalur darat, dengan kereta. Jalur darat itu kesannya dekat, mudah, tidak buang banyak waktu," kata Menpar. Indonesia, kata dia, punya jalur perlintasan darat yang banyak. Kalimantan, Papua, Timor. Dan yang bisa ditempuh dengan jalur kapal dengan cepat, seperti Kepri, Sulut, dan lainnya.
Deputi Pengembangan Pariwisata Mancanegara Kemenpar, I Gde Pitana menambahkan, perhelatan Festival Wonderful Indonesia lainnya di kawasan perbatasan akan dibuat lebih atraktif dan seru. "Pasti episode lanjutannya akan dibuat lebih seru," papar Gde Pitana.
Festival Wonderful Indonesia di Aruk dipenuhi pengunjung. Bahkan warga Malaysia pun berbondong-bondong datang ke Aruk. Dari catatan Imigrasi di perbatasan, banyak warga Malaysia yang melintas via Aruk. Ada peningkatan 1.362,5 persen mengingat di hari biasa. Yang patut dicatat, angka kunjungan itu muncul saat kawasan Aruk diguyur hujan deras sejak subuh hingga pukul 13.00.
Masyarakat Aruk seperti ketiban durian runtuh. Detak perekonomian langsung berdetak kencang. Warung makanan, warung kopi, toko kelontong, sampai hotel, kewalahan menerima pesanan.
Warung Dinda misalnya. Warung yang menjajakan kuliner khas Melayu itu mengaku ada pelonjakan keuntungan hingga lebih dari 800 persen. Kedai sederhananya yang terletak sekitar 2 km dari lokasi Festival Wonderful Indonesia tak pernah sepi dikunjungi warga yang melintas.
Kedai-kedai kopi juga sama. Sejak H-3 acara, kedai-kedai kopi di Aruk tak pernah sepi. Warungnya sampai buka 24 jam. Padahal, di hari biasa, kedai kopi di perbatasan Indonesia-Malaysia itu hanya buka sampai pukul 16.00. Jam bukanya mengikuti penutupan garis lintas batas yang sudah ditutup pukul 17.00 waktu Malaysia. Di kawasan ini, waktu Malaysia lebih cepat 1 jam dari Aruk, Kalimantan Barat.
"Kopi saya laku keras. Banyak untung lah. Saya sampai buka 24 jam," papar Wawan, salah seorang pemilik kedai kopi di Aruk. Wawan tak sendirian. Puluhan kedai kopi lainnya juga tak pernah sepi. Efek domino lainnya dirasakan Hotel Sakka Darma. Satu-satunya hotel di kawasan perbatasan itu kehabisan kamar. Tamu-tamu lain yang tak kebagian kamar harus menyewa rumah penduduk.
"Saya sangat berterima kasih dengan Kementerian Pariwisata. Ini terobosan besar yang menghasilkan banyak manfaat untuk masyarakat perbatasan. Border tourism ala pak Menpar Arief Yahya sukses besar," papar Camat Sajingan Besar Suhut Firmansyah.
Suhut berharap, ada pelatihan SDM untuk masyarakat perbatasan. Utamanya, yang terkait dengan border tourism. "Kita di sini lemah SDM. Saya berharap ada pelatihan skill untuk meng-create border tourism yang hebat. Setelah Festival Wonderful Indonesia, mudah-mudahan ada pelatihan untuk mengelola wisata alam dan wisata kuliner supaya orang Malaysia nyaman datang ke Aruk," papar Suhut.