Jumat 26 Feb 2016 03:32 WIB

Menpar Ingatkan Penyedia Layanan Wisata Konvensional Ikuti Perkembangan Zaman

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Winda Destiana Putri
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan keterangan kepada wartawan terkait destinasi halal dunia yang dianugerahkan kepada Indonesia di Gedung Kemeterian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/10).
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan keterangan kepada wartawan terkait destinasi halal dunia yang dianugerahkan kepada Indonesia di Gedung Kemeterian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/10).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kemajuan teknologi membuat penggunaan media digital melesat dari tahun ke tahun, termasuk untuk pencarian informasi tentang destinasi wisata.

Banyak pelancong yang kini memanfatkan layanan turisme yang tersedia di media digital. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang menyadari kondisi ini lantas mengingatkan penyedia jasa perjalanan konvensional untuk berbenah dan melengkapi layanannya dengan sistem online.

"Kemarin saya ketemu dengan teman-teman ASITA (Asosiasi Agen Perjalanan). Ada yang protes bahwa OTA (Agen Perjalanan Online) harap Bapak tertibkan. Karena akan saingi travel agent yang konvensional. Iya memang," ujar Menpar Arief, Kamis (25/2).

Namun Arief tak langsung meng-iya-kan. Ia justru balik bertanya kepada para pelaku bisnis wisata konvensional.

"Saya dulu dirut Telkom, rekan ASITA saya tanya, bisa ga carikan saya wartel. Saya dulu yang bangun wartel sampai 124 ribu. Dulu Telkom buat wartel. Sekarang tidak perlu itu lagi. Anda bisa ga carikan saya wartel? Nda bisa," kata dia menambahkan.

Ia menjelaskan, perubahan perilaku konsumen harus diikuti oleh penyedia jasa layanan. Apabila penyedia jasa tak mau berbenah, Menpar Arief menyebut, maka bisnis perjalanan konvensional akan tergilas oleh zaman.

"70 persen orang search (pencarian) itu pakai digital. Booking (pemesanan) minimal 20 persen. Pay (pembayaran) minimal 10 persen. Dan arahnya sudah pasti semua pakai digital," kata Menpar Arief lagi.

Ia melanjutkan, justru penyedia jasa layanan perjalanan konvensional lah yang harus mengikuti kemajuan teknologi dengan melengkapi layanannya dengan fasiltas online.

"Lifestyle berubah makanya kita harus berubah. Kalau di bisnis, who wins the future, will wins the game," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement