Kamis 25 Feb 2016 17:37 WIB

Soal '10 Bali Baru', Ini Penjelasan Menpar

Menteri Pariwisata Arief Yahya.
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Menteri Pariwisata Arief Yahya.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemerintah telah menetapkan 10 destinasi unggulan pariwisata, selain Bali. Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyebut ke-10 destinasi prioritas itu sebagai "10 Bali Baru".

Menurut Arief, Bali adalah ikon pariwisata Indonesia.  Faktanya, kata dia, 40 persen wisatawan mancanegara (wisman) masuk melalui gerbang pintu Pulau Dewata. Karena itulah, imbuh  dia, 10 destinasi prioritas itu disebut dengan istilah "10 Bali Baru".

"Bali adalah destinasi yang sudah punya pamor di peta pariwisata dunia," ujar Arief dalam keterangan tertulisnya, Kamis (25/2).

Saat ditanya sejumlah pihak apakah 10 titik tujuan wisata baru akan dibuat mirip Bali? Arief menjawab, "Ya tidaklah. Masing-masing sudah punya karakter sendiri. Punya kombinasi alam dan budaya tersendiri. Justru diversity itulah yang membuat kita kaya atraksi, kaya budaya, kaya tradisi, tiap daerah dieksplorasi uniqueness-nya."

Menurut dia, istilah "10 Bali Baru" itu lebih untuk memberi tekanan, agar performa masing-masing daerah itu bisa seperti Bali, yang setahun bisa menarik 4 juta wisman. Bahkan, dari tahun ke tahun naik signifikan.

Arief berharap turisme bisa menjadi leading sector dan semua mendukung pembangunan pariwisata. "Jika itu terjadi, Indonesia akan menjadi tujuan wisata yang tak ada habis-habisnya. Semua kota menyenangkan, penuh atraksi, mudah aksesibilitas dan lengkap amenitasnya," ungkap Menpar.

Istilah "10 Bali Baru", kata Menpar, bukan makna yang sesungguhnya, atau orang biasa menyebut makna kiasan. Tetapi lebih ke performansi kunjungan wisman dan wisnus. "Bahasa jelasnya, kami ingin target kunjungan besar, seperti Bali itu, pulau yang angka inbound-nya paling besar di Indonesia. Saya ingin 10 destinasi itu besar-besar semua seperti Bali! Coba bayangkan kalau semua itu 4 juta semua? Apa tidak makmur negeri kita ini," cetus mantan Dirut PT Telkom itu.

Jadi, kata dia, tidak menjadikan 10 destinasi itu menjadi Bali. Yang seperti Bali itu, papar Menpar, adalah jumlah wismannya, nilai devisanya, kreativitasnya, hospitality-nya, pertumbuhan ekonominya.

Terkait atraksi, Arief menegaskan, harus mengikuti akar budaya masyarakatnya. "Dan itu tidak mungkin disamakan dengan Bali, masing-masing punya keistimewaan," paparnya.

Ia mencontohkan Mandalika, Lombok yang bernuansa halal tourism, karena brand Lombok sudah tercipta sebagai world best halal destination. Di Belitung lain lagi, begitupun lokasi 10 prioritas yang sering disebut "Bali-Bali" baru itu.

Menurut dia, untuk menciptakan ekosistem pariwisata baru seperti Bali, dalam waktu cepat sangat bisa. "Kalau Pak Presiden Jokowi sudah memberi arah ke sana, tidak ada pilihan lain kecuali "bisa" dan "sangat bisa." Semua progres, semua running. Lima titik akan direvitalisasi, tiga titik Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata, dua titik pendatang baru," ungkap dia.

Ke-10 destinasi prioritas itu adalah Toba Sumatra Utara, Tanjung Kelayang Belitung, Tanjung Lesung Banten, Pulau Seribu Jakarta, Borobudur Jateng, Bromo Jatim, Mandalika Lombok, Labuan Bajo Komodo, Wakatobi Sultra dan Morotai Maltara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement