REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagai negara yang kaya potensi alam dan budaya, pariwisata di Indonesia semakin berkembang dari masa ke masa.
Terlebih Indonesia memiliki potensi wisata lain yang juga tak kalah dengan keindahan alam, yakni wisata religi.
Mengingat mayoritas Muslim di Indonesia cukup banyak, Kementerian Pariwisata RI telah melakukan berbagai langkah untuk mendorong kegiatan wisata religi lebih berkembang lagi, di antaranya dengan memberikan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat untuk lebih memberdayakan masyarakat dalam meningkatkan destinasi wisata religi.
Salah satu yang diberi dukungan oleh Kemenpar adalah penyelenggaraan Dzikir Nasional Manaqib Kubro yang dilaksanakan kemarin.
"Manaqib Kubro sebenarnya rutin dilakukan tiap tahun. Setiap enam bulan sekali dari Masjid ke Masjid. Sekarang digelar di Masjdi Istiqlal seperti mempertemukan jamaah satu dengan yang lain," kata Jujun Junaedi, salah satu pengurus Ponpes di Garut yang juga sebagai dosen Universitas Islam Negeri Bandung, di Masjid Istiqlal, Ahad (21/1).
Dijelaskan lebih lanjut, Manakib Kubro memiliki arti yang sangat penting. Manakib adalah kisah, Kubro adalah besar, kurang lebih dapat diartikan pelajaran hidup yang bisa dibagikan dan ditauladani kepada sesama Muslim.
"Manakib Kubro ini yang juga merupakan dzikir akbar yang bisa menjadi bagian dari wisata religi guna meningkatkan keimanan dan ketakwaan terhadap Allah SWT secara lahir dan batin," tambah dia.
Tak hanya berasal dari dalam negeri, diharapkan kegiatan ini juga menggelitik wisatawan asing untuk datang ke Indonesia. Bahkan kata dia, Dzikir Nasional ini sudah menarik perhatian masyarakat di Eropa seperti Italia, Malaysia, Brunei, Timur Tengah serta Jerman.
"Ke depan kegiatan ini akan semakin mendunia. Swiss, Belgia, dan Belanda sudah mulai ada yang tertarik," tambah dia.
Dalam keterangan yang diterima Republika.co.id, Menteri Pariwisata Arief Yahya mengatakan, Indonesia mempunyai potensi pariwisata berbasis religi yang sangat lengkap dan diakui dunia.
Komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.
Dewasa ini telah terjadi pergeseran tren kepariwisataan. Tren tersebut adalah perubahan paradigma pariwisata dari "sun, sand and sea" menjadi "serenity, sustainability and spirituality". Berkaitan dengan tren tersebut UNWTO telah memperkirakan sekitar 330 juta wisatawan global atau 30 persen dari total keseluruhan wisatawan global melakukan kunjungan ke situs-situs religius di seluruh dunia, baik yang berdasar pada motif spiritual ataupun motif kognitif.
Arief Yahya mengharapkan dengan even Wisata Religi di DKI Jakarta dapat menjadi prioritas unggulan yang dapat menyumbangkan pergerakan pariwisata di Jakarta dan sekitarnya, sehingga mampu membangun citra positif bagi pariwisata DKI Jakarta yang tidak hanya menyajikan wisata yang bersifat entertainment, rekreatif dan hingar-bingar semata, tetapi dapat menjadi destinasi unggulan wisata religi, khususnya Masjid Istiqlal Jakarta.