Ahad 21 Feb 2016 19:05 WIB

Ortu, Lakukan Ini Bila Anak Berperilaku Mirip Lawan Jenis

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Indira Rezkisari
Ilustrasi Ibu bersama anak laki-laki dan perempuan.
Foto: Republika/ Wihdan
Ilustrasi Ibu bersama anak laki-laki dan perempuan.

REPUBLIKA.CO.ID, Fenomena gaya hidup bebas dinilai dapat memengaruhi anak-anak dan remaja. Termasuk mengenai penampilan yang tak sesuai jenis kelamin.

Menurut psikolog Diena Haryana, orang tua merupakan sosok kunci untuk membentuk kepribadian anak-anak.

Apalagi, memasuki usia remaja, buah hati memiliki tingkat emosi yang labil, yakni mudah depresi bila mendapatkan penolakan. Maka, apa yang sebaiknya orang tua lakukan setelah mengetahui anaknya cenderung berperilaku mirip lawan jenis?

Diena menuturkan, orang tua harus menyadari karakteristik kejiwaan remaja. Itu sebenarnya sesuai dengan perkembangan biologis, yakni jaringan otak remaja masih belum seutuhnya terkoneksi dengan baik.

Menghadapi emosi yang labil, orang tua perlu hadir sebagai tempat anak-anak atau remaja mencurahkan perasaan. Minimal, dengan tegur sapa, perhatian, dan menghabiskan waktu bersama.

"Hadirnya ayah dan ibu dalam mendidik dan bersahabat dengan anak. Jangan jadi 'ada tapi tiada' di depan anak," ucap Diena Haryana dalam diskusi di Kuningan, Jakarta, Ahad (21/2).

Bila orang tua mendapati tanda-tanda kecenderungan feminin pada anak lelakinya, atau macho pada anak perempuannya, maka satu hal penting yang harus diingat. Diena menegaskan, jangan sekali-kali anak tersebut dihakimi, diberikan label yang diskriminatif.

"Misalnya bilang 'kamu (anak laki-laki) jangan kayak banci'. Nah, itu yang akan membekas dalam jiwa anak. Anak jadi depresi. Itu bisa sampai tua sakit hatinya," ujar Diena.

Di sekolah, misalnya, anak laki-laki yang diledek "banci" kerap mengalami cercaan atau bullying, bahkan sampai kekerasan fisik yang mempermalukan dirinya. "Celananya dipelorotin. Diledek teman-temannya."

Pendiri Yayasan Semai Jiwa Amini itu mencontohkan, ada kliennya, seorang laki-laki dewasa yang mengaku masih trauma dengan kata-kata ayahnya sendiri, bahwa dia jangan seperti banci. Padahal, ujaran itu hanya sekali dan terucap bertahun-tahun lampau.

Diena khawatir, ujaran negatif dari keluarga terdekat justru memperparah kondisi kejiwaan remaja, meskipun maksud orang tua tersebut baik. Semisal, agar anaknya menjauhi perilaku mirip lawan jenisnya. Kedekatan antara orang tua dan anak merupakan kunci untuk kondisi kejiwaan yang sehat, simpul dia.

(baca: Ini Kata Psikolog Saat Anak Terpapar Emoticon LGBT)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement