Selasa 16 Feb 2016 21:00 WIB

Sambut Cap Go Meh, Alex Noerdin Siapkan Sampan Menuju Pulau Kemaro

Ratusan keturunan Tionghoa beribadah meminta rezeki kepada Toapekong yang dikeramatkan di Pulau Kemaro, tengah Sungai Musi untuk merayakan Cap Go Meh
Foto: antara
Ratusan keturunan Tionghoa beribadah meminta rezeki kepada Toapekong yang dikeramatkan di Pulau Kemaro, tengah Sungai Musi untuk merayakan Cap Go Meh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyaknya angka kunjungan wisatawan pada perayaan Imlek hingga Cap Go Meh mendatang ini membuat Gubernur Sumatera Selatan Alex Noerdin sumringah.

Seluruh kamar hotel di Palembang full booked. Paket-paket wisata yang ditawarkan Biro Perjalanan habis terjual. Yang ada di benaknya, tinggal fokus ke peningkatan pelayanan bagi wisatawan yang berkunjung.

"Pemerintah Provinsi sudah menyiapkan beberapa sampan besar yang ditarik dengan kapal motor sebagai sarana transportasi menuju Pulau Kemaro. Semua difokuskan di dua titik yaitu pelabuhan PT Pusri dan dermaga Intirub," ungkap Alex Noerdin yang didampingi Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Irene Camalyn Sinaga.

Keberadaan dua titik penyeberangan itu akan mengurangi kepadatan arus lalu lintas orang yang akan bersembahyang. Jumlah pengunjung yang datang cukup banyak. Prediksinya, minimal sama dengan 2015 yang dipadati 80 ribu orang.

Pelayanan prima juga ikut disuguhkan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel. Sebanyak dua ribu lampion dipasang mengelilingi Pulau Kemaro.

Stan-stan untuk pedagang juga ikut didirikan. Umumnya, stan-stan itu digunakan pedagang untuk menjual makanan, pernak-pernik aksesoris, mainan anak-anak hingga baju yang bergambar Pagoda Pulau Kemaro.

"Kami juga menyiapkan jembatan apung sepanjang 200 meter dari seberang pulau melewati gudang PT ISM Bogasari. Semuanya sudah siap. Pengunjung bisa berangkat pakai tongkang, perahu, atau bisa lewat darat melalui jembatan apung yang dibangun," kata Plt Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumsel Irene Camalyn Sinaga.

Pulau Kemaro memiliki sebuah kisah atau cerita untuk peruntukan jodoh. Banyak yang percaya, bila setiap perayaan Cap Go Meh datang ke Pulau Kemaro, maka hubungan asmaranya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh.

Menurut Irene, tradisi serta legenda ini menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang, luar kota hingga luar negeri. "Ada juga hal unik lainnya seperti melepaskan burung. Bagi kaum Tionghoa, melepas burung dapat mengurangi karma buruk dan memperlancar rezeki. Tentunya, dengan memohon kepada Tuhan

terlebih dahulu. Semakin banyak burung yang dilepas, semakin enteng pula dosa yang ditanggung," terang Irene.

Selain keunikan dalam ritual melepas burung, ada juga tradisi membakar uang-uangan. Tradisi ini kerap dilakukan oleh orang-orang keturunan Tionghoa terutama yang menganut ajaran tridarma (Budhisme, Khonghucudan Taoisme).

Setiap kali melakukan persembahyangan mereka menyediakan sam seng, tiga makanan berjiwa dari udara, air dan daratan. Dan juga membakar kertas yang berupa uang-uangan bagi arwah leluhurnya. Uang ini terbagi menjadi dua kategori yakni uang emas (Kim Coa) dan uang perak (Gin Coa). Uang emas diperuntukkan bagi dewa-dewa sementara uang perak diperuntukkan bagi arwah leluhur ataupun orang tua yang sudah meninggal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement