REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Banyak kuliner Indonesia yang hadir di Eropa, khususnya Belanda. Ada yang khusus menjual masakan Jawa, ada pula yang menjual empek-empek Palembang, ada yang menjual masakan khusus Surabaya, ada masakan Manado, yang tidak kalah banyaknya adalah restoran masakan Nusantara (campuran berbagai menu Indonesia).
Namun hingga saat ini baru ada satu restoran Padang yang eksis di kawasan benua biru tersebut. Restoran tersebut adalah Salero Minang yang berada di Den Haag, Belanda. Lokasinya tidak jauh dari KBRI Den Haag. "Salero Minang merupakan satu-satunya restoran Padang asli yang ada di Eropa, setidaknya sampai dengan saat ini," kata pemilik Restoran Salero Minang Erita Lubeek saat berbincang dengan Republika di Hotel Hyatt Place Amsterdam, Belanda, Senin (15/2).
Erita menambahkan, Salero Minang didirikan September 2011. "Saya membuka restoran Padang di Belanda sebagai wujud kebanggaan dan rasa cinta leluhur. khususnya di bidang kuliner, kepada masayarakat Eropa," kata wanita berdarah Minang tersebut.
Erita mengemukakan, Salero Minang menyediakan masakan Padang dengan racikan bumbu asli Padang. "Sebagai orang Minang, saya berusaha mempertahankan keaslian bumbu dan cita rasa masakan Padang. Sehingga, setiap orang Indonesia yang berkunjung ke Belanda dan menikmati masakan di restoran kami, dapat merasakan cita rasa yang sesuai harapan atau ekspektasi mereka," papar Erita yang bersuamikan seorang Muslim Belanda.
Erta menyebutkan, Salero menyediakan berbagai macam menu masakan Padang. Misalnya gulai tunjang (kikil), gulai otak, rendang, dendeng balado, ayam pop, gulai kepala ikan, udang balado petai, telur balado, gulai daun singkong jengkol balado, ayam singgang bakar, dan sambal lado hijau rawit yang sangat pedas.
Erita menegaskan, pihaknya menjual dua macam rendang. Pertama, rendang asli yang dimasak selama dua hari berturut-turut. Kedua, rendang basah atau yang biasa disebut kalio yang hanya butuh waktu sekitar empat jam untuk memasaknya. "Rendang asli kami sediakan terutama untuk orang-orang Indonesia, baik yang tinggal di Belanda dan negara-negara Eropa lainnya, maupun para turis asal Indonesia yang berkunjung ke Belanda," tutur Erita Lubeek.