Ahad 14 Feb 2016 20:13 WIB

Festival Jenang Jadi Wujud Ragam Budaya Nusantara

Rep: Edy Setyoko/ Red: Indira Rezkisari
Peserta mempraktikkan pembuatan jenang atau bubur di Solo, Jawa Tengah, Ahad (14/2). Praktik tersebut merupakan rangkaian Festival Jenang yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat berbagai macam masakan jenang di seluruh Nusantara.
Foto: Antara
Peserta mempraktikkan pembuatan jenang atau bubur di Solo, Jawa Tengah, Ahad (14/2). Praktik tersebut merupakan rangkaian Festival Jenang yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat berbagai macam masakan jenang di seluruh Nusantara.

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Festival Jenang 2016 ke-5 digelar sepanjang City Walk Ngarsopuro, Solo, Jateng, 14-17 Februari 2016.

Agenda kalender rutin tahunan yang dibuka Innes Rahmania, Direktur Askes Pasar & Promosi Ditjen PDSPK Kementerian Kelautan dan Perikanan, Ahad (14/2), sebagai ujud ragam jenang Nusantara. Festival Jenang 2016 ini, beda dengan acara sebelumnya. Hanya menampilkan jenis jenang, atau dodol khas Soloraya.

Tapi, kali ini, lebih mengenalkan kekayaan kuliner Nusantara, khususnya jenang kepada masyarakat luas. Banyak diantara masyarakat yang tidak mengetahui kekayaan budaya kuliner, khususnya jenang yang dimiliki bangsa Indonesia. ''Bangsa Indonesia itu kaya, baik alamnya, kebudayaannya, hingga kulinernya. Termasuk salah satunya makanan olahan jenang tersebut,'' tutur Penasehat Yayasan Jenang Indonesia (YJI), GPH Dipokoesoemo, saat membuka acara festival.

Festival Jenang 2016 dibuka bersamaan acara CFD (Car Free Day). Sehingga ribuan warga pejalan kaki yang menikmati udara bebas asap kendaraan, menikmati pameran aneka jenang Nusantara. Pembukaan delapan stand yang yang dibuka pihak panitia. Stand yang berada di Kawasan Ngarsopuro ini menyajikan sejumlah kuliner jenang mulai dari Aceh, Kalimantan, hingga Papua.

Tak kalah antusias dengan pemilik stand, masyarakat juga telah berjubel mengantri sejak pembuatan awal jenang dimulai. Di tangan mereka, juga telah memegang takir (wadah makanan) yang siap diisi dengan jenang yang telah matang. Aneka menu jenang kian dikenal dan digandrungi masyarakat. ''Harapannya, masyarakat lebih mengenal dan mencintai makanan khas Indonesia, khususnya jenang,'' kata Ketua Dewan Pembina Yayasan Jenang Indonesia, Slamet Raharjo.

Festival Jenang Solo 2016 bertema Ragam Jenang Nusantara. Kota Solo menjadi ragam budaya daerah-daerah di Indonesia. Merajut perbedaan dan membangun kebersamaan lewat media jenang. Jenang yang sebagian daerah di Indonesia menyebutnya bubur atau dodol, menunjukkan bukan objek benda semata. Namun, juga terdapat peristiwa kebudayaan manusia di balik jenang.

Ada 15 daerah di Indonesia yang berpartisipasi. Diantaranya, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sumatra Selatan, dan daerah lain, serta turut berpartisipasi juga peserta dari Timor Leste. Mereka di daerahnya mempunyai kekhasan jenang yang lahir atau tercipta dari kreativitas dan tradisi masyarakat.

Menurut Innes Rahmania, FJS 2016 ini benar-benar menjadi ruang ekspresi kreativitas anak-anak muda yang beragam latar belakang budaya. Misalnya, Kalimantan Selamat menampilkan Jenang Begunting, Kalimantan Barat menghadirkan Bubur Pedas, yang mengandung 40 jenis sayuran, dan daerah-daerah lain bisa dilihat langsung nanti di acara festival.

Festival Jenang Solo tetap pada tujuan awal, sebagai aspek religi yaitu wujud syukur terhadap Tuhan YME dalam merayakan HUT Kota Solo yang ke-271. Aspek budaya 'Nguri-nguri' dan melestarikan tradisi dan budaya Adi Luhung sekaligus menggelorakan semangat dan kecintaan masyarakat terhadap kuliner tradisional, khususnya jenang.

Lewat jenang orang belajar, mengenal dan memahami daerah-daerah di Indonesia. Artinya, melalui media jenang mampu merekatkan persaudaraan dan persahabatan antarkota, suku, dan etnis.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement