Kamis 28 Jan 2016 19:27 WIB

Perceraian Picu Disorientasi Seksual Anak

Rep: Ahmad Fikri Noor/ Red: Achmad Syalaby
Perceraian di Jatim tertinggi (ilustrasi).
Foto: Listcrux.com
Perceraian di Jatim tertinggi (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog Tika Bisono menjelaskan, pasangan yang bercerai dapat memicu disorientasi seksual seorang anak. Anak akan kehilangan salah satu sosok orang tua. Anak laki-laki bisa merasa ayahnya tidak pernah hadir dan begitu juga kebalikannya. 

Jika sang anak mengadopsi ilmu dari orang tua tunggal tersebut, dia akan meniru perilaku apapun jenis kelaminnya. Tika menjelaskan, kasus anak perempuan mengadopsi perilaku ayahnya, maka ia akan berperan sebagai ayah. Ada potensi dia akan menjadi lesbian yang berperan sebagai laki-laki.

(Baca: Psikolog UI Ungkap Praktik Meleteki LGBT)

Tika menyarankan kepada para orang tua tunggal untuk mencari sosok orang tua pengganti. Ini karena peran ayah dan ibu tidak bisa diwakili satu jenis orang tua.Dalam kasus anak laki-laki yang kehilangan sosok ayah, ibu harus mampu memperjelas keadaan. 

Sang ibu perlu mengajarkan, perempuan tidak bisa mengajarkan hal yang bersifat kelaki-lakian. Solusinya, anak bisa disarankan untuk mengambil ekstrakurikuler bela diri atau sering bergaul bersama pamannya. Paman, dalam hal ini menjadi orang tua pengganti.

Dalam keluarga utuh, pengabaian bisa menjadi masalah. "Ayah ada tapi tidak dekat. Ibu ada tapi tidak dekat. Ada banyak kegiatan individual yang mengurangi interaksi atau kehadiran nanny (pengasuh) yang membuat jarak," katanya. 

Tika mengatakan, jika sampai ada faktor lingkungan negatif yang memengaruhi tumbuh kembang mental anak, artinya keluarga itu tidak baik. Ini karena ada hal yang luput dari perhatian orang tua."Orang tua perlu mendampingi remaja di masa akil baligh agar selamat melaluinya," ujar Tika. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement