REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerhana matahari total (GMT) 2016 yang akan terjadi pada 9 Maret mendatang menjadi istimewa karena sebagian besar GMT 2016 ini bisa dilihat di daratan Indonesia. Sementara sisanya akan melintasi Samudera Hindia dan Samudera Pasifik.
Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) Thomas Djamaluddin mengatakan, tiap gerhana punya daya tarik sendiri, tapi GMT 2016 tahun ini unik dan langka karena hanya Indonesia yang bisa menyaksikannya di daratan sementara sisanya akan terlihat di atas samudera.
Dari beberapa GMT sejak 1983, GMT 2016 pun akan melintasi lebih banyak daerah, 12 provinsi. Tiap daerah tersebut akan melihat keunikan sendiri kejadian alam ini.
Thomas menjelaskan, gerhana matahari terjadi saat bulan ada di antara matahari dan bumi. Bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi. Bulan akan bergerak dari barat ke timur karena itu GMT akan bermula dari arah Samudera Hindia dan berakhir di Samudera Pasifik.
''Di luar jalur GMT yang lebarnya hanya 100-150 kilometer, gerhana matahari akan terlihat sebagian,'' kata Thomas dalam jumpa pers GMT 2016 bersama Kementerian Pariwisata, Senin (25/1).
GMT diperkirakan mencapai puncaknya di Indonesia barat pada 7.20 WIB selama satu hingga dua menit saja, di Indonesia tengah pada 8.35 WITA selama dua menit, dan di Indonesia timur pada 9.50 WIT selama dua hingga tiga menit.
Makin ke timur makin lama. Daerah terlama yang bisa mengamati GMT tahun ini adalah di Kota Maba, Halmahera Timur Sulawesi Utara selama tiga menit 17 detik.
Di daerah yang dilalui GMT, pada pagi hari GMT akan diawali tertutupnya matahari oleh piringan bulan dari arah atas. Saat tertutup penuh, yang terlihat dari matahari hanya koronanya. Setelah itu piringan bulan bergerak ke arah bawah dan matahari kembali terlihat.
''Beda saat lihat dari foto dan lihat langsung. Kejadian sebelum, saat dan sesudah memang bisa jadi daya tarik wisata. LAPAN sendiri akan melakukan penelitian dan edukasi,'' tutur Thomas.