REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Matahari di bulan Juni selalu ramah bagi para wisatawan. Sinarnya yang konsisten membawa kehangatan di pagi hari, terik di siang hari, dan sejuk di sore hari. Tidak ada hujan yang membuat aktivitas berwisata terganggu, seperti yang dirasakan para turis di Gili Trawangan sore itu, 24 Juni tahun lalu.
Gili atau pulau kecil yang berada di utara pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) ini memang selalu menjadi primadona di mata wisatawan mancanegara. Menurut seorang guide bagi turis asing di sana, bulan Juni hingga Agustus merupakan bulan surga bagi para tamu wisata. "Mereka bisa pesta 24 jam non stop," kata Agus Salim, guide tersebut.
Agus tidak berlebihan, karena sejak Republika.co.id tiba pada siang hari, ribuan orang telah berkerumun di sepanjang pantai yang mengelilingi gili. Suara musik reggae terdengar di bar dan kafe. Semua larut dalam kegembiraannya masing-masing.
Adalah Frans dari Findlandia yang saat itu sempat mengobrol dengan Republika.co.id. Menurut Frans yang baru bertolak dari Pulau Dewata dua hari yang lalu, Lombok adalah tujuan kedua perjalanannya setelah Bali. Alasannya bukan karena pariwisata Bali lebih diutamakan, namun akses dari negaranya menuju Bali dirasa lebih mudah. Entahlah, Frans tidak bisa mendetail masalah itu.
"Saya sangat menyukai tempat ini, ya sebuah surga," kata Frans dalam Bahasa Inggris ketika ditanya bagaimana pendapatnya tentang pariwisata di Lombok.
Banyak orang berpendapat bahwa Lombok adalah surga kedua bagi turis setelah Bali. Sebagian lain mengatakan bahwa Bali hanya menang promosi dari Lombok, terlanjur mendunia. Namun harus diakui, Lombok memiliki keindahan alami yang tersebar di setiap sisi pulaunya, seperti pantai dan air terjun.
Gili Trawangan adalah satu dari tiga pulau kecil yang letaknya berdekatan di pulau seribu Masjid. Dua gili lain adalah Gili Meno dan Gili Air. Berjarak sekitar 50 kilometer dari pantai Senggigi, keberadaan tiga gili ini seperti permata yang timbul dari dasar laut.
Memiliki luas 300 hektar dengan populasi sekitar 800 jiwa, membuat Gili Trawangan selalu punya aktivitas. Pulau mungil yang secara administrasi masuk dalam Desa Gili Indah, Pemenang, Lombok Barat ini selalu terjaga dari sampah dan polusi. Sebab, trasportasi yang dibolehkan berada di pulau ini hanya kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda dan cidomo yang merupakan kereta kuda khas Lombok.
Selain penduduknya yang ramah dan membantu, wisatawan di Trawangan akan terjaga dari tindakan kriminalitas. Penduduk di sana memiliki aturan ketat, kepada pencuri misalanya. Penduduk akan memberikan sanksi dengan mengajak si pelaku berjalan dengan papan yang bertuliskan kejahatannya. Aturan ini berlaku secara umum untuk penduduk dan tamu. "Termasuk turis asing juga," kata Agus.
Trawangan memiliki pantai pasir putih yang menghadap timur dan barat sehingga menjadi lokasi yang pas untuk melihat matahari terbit dan terbenam. Pantai berwarna biru bersih ini memantulkan sinar kuning dan jingga di atas lautnya yang bening. Kejernihan lautnya, bahkan membuat orang bisa melihat keindahan yang ada di dalamnya.
Tempat ini juga sangat cocok untuk melakukan snorkeling ataupun diving. Berbagai spot diving yang tersedia di antaranya Shark Point, Coral Fan Garden, Trawangan Slope, dan masih banyak lagi. Ikan dan terumbu karang warna-warni di pantai ini menjadi pemandangan yang sangat memukau. Arus lautnya juga cukup tenang sehingga wisatawan bisa menikmati semua keindahan alami dengan aman.
Seorang resepsionis Less Villas Ottalia, Gili Trawangan, Hendi Sopyian Hermawan mengatakan, di malam hari, Trawangan akan berubah menjadi kota kecil yang mentereng. Berbagai bar dan kafe yang ada di Central Gili Trawangan akan menyulap suasana tenang menjadi hingar bingar penuh dengan musik.
"Setiap malam ada party. Hampir semua kafe dan bar menggelar pesta dan semua turis pasti keluar. Ada juga bar yang pakai jadwal," kata Hendi, Ahad, 17 Januari 2016.
Menurut lelaki asal Lombok Tengah ini, suasana Trawangan yang sejuk dan nyaman ditambah aktivitas malamnya membuat para turis asing betah. Meski mereka rata-rata lebih dulu ke Kuta Bali, namun mereka mengaku ingin menghabiskan waktu lebih lama di Trawangan. "Rata-rata pengen lama di sini," kata sarjana Pendidikan Bahasa Inggris tersebut.
Terdapat dua pilihan jalur yang biasa digunakan untuk menyeberang ke Gili Trawangan dari pulau Lombok, yakni pelabuhan Bangsal dan pelabuhan Teluk Kodek di Senggigi. Pelabuhan Bangsal merupakan akses penyeberangan reguler yang biasa digunakan penduduk sekitar dari dan menuju gili, baik Gili Meno, Gili Air maupun Gili Trawangan. Ongkos perahu dari pelabulan Bangsal hanya Rp 15 ribu per orang dengan waktu tempuh sekitar 30 menit. Sedangkan pelabuhan Teluk Kodek adalah jalur langsung dari Bali dan Senggigi menggunakan Speedboat.
Ke depan, bukan tidak mungkin Gili Trawangan akan memiliki kawasan wisata halal, sesuai dengan program Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini. Keindahan Trawangan akan menjadi modal untuk menarik wisatawan Muslim dari berbagai negara Islam di Timur Tengah, selain tempat wisata lain seperti Senggigi dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika. "Menurutku cocok jika ada wilayah khusus untuk wisata halal," kata Hendi.
Sementara, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Lalu Mohammad Faozal mengakui sedikit sulit untuk mengembangkan wisata halal di Trawangan. Sebab, wilayah itu sudah di-branding sebagai wisata konvensional. "Trawangan memang susah, tapi tidak close untuk itu," kata dia.
Tahun lalu, NTB meraih penghargaan sebagai The Best Halal Destination dan The Best Honeymoon Destination di ajang World Halal Travel Award 2015. Dua penghargaan ini mengharuskan NTB berbenah untuk melayani wisatawan Muslim yang kian besar memberikan perhatiannya pada wilayah Sasambo (Sasak, Sumbawa, Mbojo).
Hampir semua tempat wisata yang tersebar di pulau Lombok dan Sumbawa sedang dikembangkan untuk memiliki kawasan khusus wisata halal. Saat ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) NTB telah menerbitkan 170 sertifikat halal untuk hotel, restoran, catering, dan produk-produk olahan lainnya.
"Untuk waktu dekat, wisata halal di Trawangan memang belum, tapi kita sedang mengarah ke sana," kata Faozal.