REPUBLIKA.CO.ID, Daging impor dikenal dengan bahan berkualitas baik, dan sering menjadi pilihan untuk membuat steak karena keempukannya. Ini disebabkan faktor daging impor yang melalui proses aging.
Aging merupkan satu proses yang harus dilakukan terhadap daging-daging sebelum dipasarkan keluar. Aging dapat dikatakan sebagai proses pelayuan otot-otot dari hewan yang disembelih.
Dalam proses aging, daging digantung dan didiamkan dengan suhu bertemperatur dingin. Dengan memberikan jeda waktu, daging akan mengalami proses pelayuan otor, sehingga daging bisa kembali empuk dan lembut.
Setiap negara memiliki standar kualitas dalam menediakan daging olahannya, dan aging menjadi stanar baku di negara luar. Hanya saja, di Indonesia belum meberlakukan proses tersebut, terutama untuk daging di pasar.
"Proses aging itu salah satu penentu keempukan daging," ujar Chief Representative Meat & Livestock Australia Isye Iriani di Mall Kota Kasablanka.
Di Indonesia bedanya menghadirkan daging hangat, yaitu daging yang berasal dari proses pemotongan hewan di malam hari. Lalu dijual saat pagi menjelang. Proses ini memang terlihat menghadirkan daging segar, tapi justru tanpa jeda waktu untuk pelayuan otot membuat daging terasa alot dan membutuhkan waktu lama saat memasak.
(baca: Steak Paling Nikmat Justru Bukan Saat Matang)