REPUBLIKA.CO.ID, MADRID -- Jumlah wisatawan internasional tahun 2015 di seluruh dunia mencapai rekor 1,18 miliar, atau meningkat sebanyak 4,4 persen. Data tersebut dirilis oleh organisasi PBB World Tourism yang mengatakan kekhawatiran atas serangan ekstremis rupanya tak menyebabkan penurunan jumlah wisatawan dunia.
"Jumlah wisatawan dunia tahun 2015 cenderung dipengaruhi oleh nilai tukar, harga minyak, serta krisis alam dan buatan manusia di berbagai belahan dunia," ujar Kepala Badan Pariwisata Dunia PBB, Taleb Rifai, Selasa (19/1).
Penurunan harga minyak mengurangi biaya transportasi tetapi melemahkan permintaan untuk perjalanan di negara-negara pengekspor minyak. Sedangkan, melemahnya mata uang euro mendorong para wisatawan Amerika melakukan perjalanan ke Eropa.
Secara umum, Prancis tetap menjadi tujuan wisata paling populer di dunia. Diikuti oleh Amerika Serikat, Spanyol, dan Cina, ujar badan yang berpusat di Madrid tersebut.
Rifai yang merupakan Mantan Menteri Pariwisata Yordania itu menyebutkan, aksi ekstremisme tetap diwaspadai sebagai ancaman global terhadap pariwisata dunia. Selama 2015, serangan mematikan dari kelompok ekstremis terjadi di Mesir, Prancis, Lebanon, Tunisia, Mali, dan sejumlah negara lain.
"Ini adalah ancaman terhadap keselamatan global, tidak bisa lagi mengatakan ini adalah masalah Mesir atau Prancis atau Tunisia atau Turki atau Thailand atau Indonesia," ujarnya.
Meski demikian, Rifai berkata, akan terus ada wisatawan yang melancong ke berbagai belahan dunia. Menurutnya, dalih perlindungan dan penjagaan keamanan tak bisa mengekang para turis, dikutip dari Malay Mail Online.
(baca: Disneyland Shanghai Buka Juni Tahun Ini)