Jumat 15 Jan 2016 02:17 WIB

Kultur Negatif Bisa Hambat Perkembangan Pariwisata Danau Toba

Danau Toba
Foto: Wikipedia
Danau Toba

REPUBLIKA.CO.ID, MEDAN -- Kultur negatif yang berkembang belakangan ini dinilai menjadi salah satu faktor yang kurang mendukung sektor kepariwisataan di Danau Toba, Sumatera Utara.

"Jadi, kendala utamanya bukan infrastruktur, tetapi kultur," kata Ketua Komisi D DPRD Sumut Muchrid Nasution di Medan, Kamis.

Memang, kata Muchrid, kerusakaan infrastruktur yang ada menyebabkan banyak wisatawan yang enggan berkunjung ke Danau Toba. Namun, faktor fenomena kultur negatif yang muncul lebih menyebabkan keengganan wisatawan untuk mendatangi danau yang menjadi salah satu kawasan strategis nasional tersebut.

Kultur negatif tersebut berupa adanya kesan penipuan dalam proses perdagangan yang dijalankan oleh pelaku usaha yang berada di sekitar Danau Toba.

Ia mencontohkan banyaknya kekecewaan masyarakat ketika membeli buah-buahan untuk menjadi oleh-oleh karena harga yang mahal dan timbangan yang tidak tepat.

Bahkan, politisi Partai Golkar itu mengaku pernah menjadi korban ketika menikmati makanan di sebuah restoran disebabkan dikenakan harga yang tidak sesuai dengan makanan yang dinikmati.

"Jadi, kulturnya tidak sehat sehingga orang malas ke Danau Toba," katanya.

Kondisi lain yang mempengaruhi adalah lingkungan yang kurang sehat, seperti munculnya bau-bau yang tidak sedap ketika berada di Danau Toba.

Salah satu penyebab yang perlu dibenahi adalah keramba. "Duduk saja disana sudah tidak nyaman," kata Muchrid.

Kondisi berbeda terjadi pada lokasi wisata lain di Tanah Air seperti Bali dan Bunaken, Provisi Sulawesi Utara yang banyak dikunjungi wisatawan.

"Di Bali, kulturnya 'welcome'. Infrastruktur di Bunaken juga kurang tidak bagus, tetapi kultur dan lingkungannya bagus," ujar Muchrid.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement