Kamis 10 Dec 2015 22:37 WIB

Bidik Wisatawan Australia, Menpar Tawarkan Wisata Bahari

Wonderful Indonesia.
Foto: dok kemenpar
Wonderful Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA –- Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengatakan, Australia dan Selandia Baru merupakan dua negara yang paling senang dengan pencabutan Cruising Application for Indonesian Territory (CAIT) untuk yacht (perahu pesiar) yang akan masuk dan berlayar ke perairan Indonesia.

Wisatawan dari kedua negara itu, kata Menpar, tidak harus bersusah payah lagi mengurus izin masuk yang biasanya memakan waktu 3 pekan. Setelah deregulasi itu, kata dia, mereka cukup mengurus izin hanya 1 jam saja.

“Tidak lama lagi banyak pengusaha yang akan membangun marina atau pelabuhan yacht, tempat parkir kapal pesiar kecil-kecil itu,” ungkap Menpar Arief Yahya dalam keterangan persnya yang diterima Republika.co.id, Kamis (10/12).

Arief menegaskan, cara membidik pasar Australia dan Selandia Baru yang paling “nendang” memang menggarap marine tourism. Sebab, kata dia, mereka orang-orang darat, tetapi sangat menikmati marine atau laut.

Selain itu, kata dia, sport tourism mereka juga hidup. "Ada ribuan yacht di Darwin, Perth, Sydney, Melbourne, dan kota-kota pesisir lainnya. Selama ini mereka ke Indonesia dan parkir di Singapura," paparnya.

Singapura, kata Arief, memang yang paling diuntungkan oleh regulasi yang ada selama ini berjalan. Sebab, semua yacht leluasa bersandar di Singapura dan tidak kompetitif untuk parkir di Batam dan Bintan. Karena itu, ada ribuan yacht setiap hari di marina Singapura, dan tak ada banyak yang menambatkan talinya ke Indonesia.

“Karena itulah CAIT dicabut, dideregulasi, agar menumbuhkan bisnis di Tanah Air,” ungkap Arief. Selama merapat ke Singapura, belanja mereka juga ke sana, jalan-jalannya juga ke Negeri Singa Putih itu, membayar biaya sewa parker, pajak, bahan bakar, dan kebutuhan selama melaut sudah pasti ke Singapura.

Secara ekonomis dan bisnis, Singapura paling banyak mendapatkan benefit. “Padahal, yacht yang stand by di marina Singapore itu, area bermain dan water sportnya di Indonesia? Jadi kita hanya dijadikan halaman bermain, sedangkan bisnisnya diambil oleh Singapore,” tuturnya.

Itulah mengapa, papar Arief, selama ini yacht tidak familiar di Indonesia. Negara bahari, yang 70% wilayahnya lautan, yang konon “nenek moyang”-nya seorang pelaut. Itu juga jawaban mengapa banyak yacht yang berbendera asing, tetapi pemiliknya orang Indonesia? Mereka ngeper dengan kebijakan, barang supermewah, sehingga pajaknya dinaikkan 75 persen.

Kemenpar juga telah berupaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia ke Australia sepanjang 2015 “Selain serangan udara dengan saluran TV National Geographic, CNN International, banyak pameran, sales mission, dan beraneka ragam branding di Sydney, membungku tram (kereta kota-red) yang melintasi kota Melbourne dengan Wonderful Indonesia. Kami juga mengadakan event Festival Wonderful Indonesia, dengan sasaran anak-anak muda Australia, dan menggabungkan dua kebudayaan pop Indonesia-Australia, lalu lebih banyak memperkenalkan kuliner Indonesia ke sana,” ungkapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement