REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yayasan Habibie & Ainun bersama dengan Kedutaan Besar Cina di Indonesia menggelar pagelaran musik "Chinese Culture Talk" di Perpustakaan Habibie Ainun pada Senin (7/12) malam. Dalam pagelaran musik tersebut, untuk pertama kalinya instrumen kuno Cina dan Indonesia berkolaborasi dan menciptakan satu harmoni yang indah.
Musisi sekaligus profesor di bidang musik dari Cina, Jianxin Wang, dan koleganya yang berprofesi sama, Fengyun Li, memainkan beberapa instrumen musik kuno asal Cina dalam pagelaran musik Chinese Culture Talk. Pada malam itu, keduanya didampingi oleh sesama musisi pelestari musik tradisi dari Indonesia yaitu Dewi Kanti dan Dedi Kurnadi.
Wang yang baru tiba di Indonesia pada Ahad (6/12) kemarin mengatakan pada mulanya keempat musisi dari dua negara ini akan melakukan pertunjukkan masing-masing, Wang dan Li memainkan musik Cina, Dewi dan Dedi memainkan musik Indonesia. Akan tetapi beberapa saat sebelum pertunjukkan dimulai, Wang menilai akan lebih indah jika dua budaya berbeda dapat menciptakan satu harmoni yang serasi.
"Kami latihan hanya sekitar dua menit," kenang Wang kepada Republika.co.id saat ditemui di Perpustakaan Habibie Ainun pada Senin malam (7/12).
Meski hanya berlatih dua menit, Wang merasa senang karena pada akhirnya keempat musisi ini dapat menciptakan satu harmonisasi yang dapat finikmati para penonton. Wang juga merasa bahwa dapat bermain dan berkolaborasi dengan musisi dari negara lain merupakan pengalaman yang menyenangkan.
"Ya, saya bersedia untuk datang dan bermain musik lagi, saya suka konsepnya," tambah Wang.
Senada dengan Wang, pemain kecapi yang sudah berkecimpung selama 33 tahun, Dewi Kanti, juga merasa bangga bisa berkolaborasi dengan musisi senior seperti Wang dan Li. Karena belum ada persiapan, Dewi mengatakan lagu yang mereka bawakan saat berkolaborasi bukan merupakan lagu pokok, melainkan sebuah ritme nada dengan ketukan yang statis. Hal tersebut dipilih agar keempat musisi dapat dengan mudah beradaptasi dan menyelaraskan alat musiknya masing-masing untuk menciptakan suara yang dapat menyegarkan tiap pendengarnya.
"Ada kesamaan alat musik yang kami mainkan, yaitu instrumen musik dari bambu dan instrumen musik berdawai. Sama-sama musik akustik, musik alami. Saya percaya musik yang punya vibrasi dengan alam dapat menciptakan harmoni yang selaras," jelas Dewi.
Pembina Yayasan Habibie & Ainun, Ilham Akbar Habibie, mengatakan yayasan yang ia bina memutuskan untuk mulai berfokus pada seni dan juga budaya. Sebagai salah satu bentuk kepedulian terhadap seni dan budaya, Ilham pengatakan pihaknya mendorong pelestarian musik kuno sekaligus mempertemukan musik dari dua negara yang berbeda.
"Jadi saat ini kami tak hanya berfokus pada teknologi dan industri seperti biasanya, tetapi juga pada seni budaya," ungkap Ilham.