Selasa 08 Dec 2015 20:01 WIB

Ini Cara Musisi Cina dan Indonesia Lestarikan Budaya Kuno

Rep: C01/ Red: Indira Rezkisari
Dua musisi Indonesia menampilkan musik tradisional Indonesia di Perpustakaan Habibie & Ainun dalam acara Chinese Cultural Talk, Senin (7/12).
Foto: C01
Dua musisi Indonesia menampilkan musik tradisional Indonesia di Perpustakaan Habibie & Ainun dalam acara Chinese Cultural Talk, Senin (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, Melestarikan instrumen musik budaya yang sudah berumur ribuan tahun kepada generasi muda tentunya bukan perkara mudah. Meski begitu, musisi senior asal Cina dan Indonesia tidak mau menyerah untuk menghidupkan budaya kuno di tengah generasi muda.

Seniman Sunda sekaligus pemain kecapi senior, Dewi Kanti, mengatakan salah satu tantangan terberat ialah melestarikan bahasa ibu atau bahasa daerah kepada generasi muda. Agar tidak hilang ditelan zaman, Dewi juga memperjuangkan agar bahasa daerah selalu digunakan dalam kehidupan sehari-hari, khususnya pada generasi muda.

Selain itu, Dewi juga menilai penting untuk melestarikan peninggalan budaya seperti instrumen musik. Untuk mempopulerkan instrumen musik warisan budaya, Dewi juga kerap memutar otak agar anak-anak muda ikut tertarik dan menghidupkan instrumen musik warisan budaya tersebut.

"Banyak cara supaya anak itu senang," ungkap Dewi kepada Republika.co.id usai menggelar pertunjukkan musik di Perpustakaan Habibie dan Ainun pada Senin (8/12) malam.

Salah satu upaya yang dilakukan Dewi ialah mengajak anak untuk menciptakan lagu berbahasa Sunda yang juga diatonis. Selain itu, Dewi tak lupa untuk mengikuti perkembangan zaman dan mencari apa yang digemari oleh anak-anak generasi saat ini. Setelah mengetahui hal tersebut, Dewi kemudian mengenalkan instrumen dan warisan budaya terlebih dahulu kemudian mengkolaborasikannya dengan apa yang digemari anak masa kini.

"Seni adalah bahasa yang universal, harus bisa membuat jembatan generasi itu," tambah Dewi.

(baca: Musik Kuno Cina dan Indonesia Berpadu di Perpustakaan Habibie & Ainun)

Senada dengan Dewi, musisi senior sekaligus Profesor musik asal Cina Jianxin Wang juga giat dalam melestarikan warisan instrumen kuno Cina pada generasi muda. Wang mengakui jika saat ini cukup banyak generasi muda yang lebih tertarik pada musik yang lebih moderen seperti pop atau jazz.

Meski begitu, Wang sendiri tidak mau menyerah untuk melestarikan berbagai warisan budaya Cina berupa instrumen musik yang berusia ribuan tahun. Sebagai seorang musisi sekaligus profesor musik dan pengajar di sebuah universitas, Wang berusaha memanfaatkans setiap kesempatan untuk mempromosikan instrumen-instrumen kuno warisan budaya Cina yang kaya akan sejarah tersebut.

"Tugas saya melakukan yang terbaik untuk mempromosikan warisan budaya Cina ini dalam setiap kesempatan, sehingga generasi muda dapat mengenal instrumen-instrumen musik yang sangat elegan ini," terang Wang.

Wang pun merasa bersyukur karena dalam beberapa tahun terakhir ini semakin banyak generasi muda di Cina yang mengenal ikut melestarikan instrumen-instrumen musik kuno milik Cina. Para generasi muda, lanjut Wang, mulai menyadari bahwa keberadaan instrumen musik kuno merupakan sebuah harta karun dalam kebudayaan Cina.

"Ini sangat berharga," lanjut Wang.

Duta Besar Cina untuk Indonesia, Xie Feng, mendukung adanya pelestarian budaya di tengah masyarakat. Dengan mengkolaborasikan dua budaya yang berbeda, Feng berharap akan lebih banyak lagi orang yang tertarik untuk mempelajari dan turut melestarikan warisan-warisan budaya Cina atau pun Indonesia.

"Semoga dengan kolaborasi (musik) ini, akan lebih banyak lagi pertukaran budaya yang kita lakukan. Sehingga nanti dunia juga dapat menikmati kekayaan budaya kita," ujar Feng dalam pagelaran musik 'Chinese Culture Talk' yang didukung oleh Yayasan Habibie & Ainun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement