Senin 23 Nov 2015 13:12 WIB

Ini Strategi Kemenpar Jaring Wisman Asal Jepang

Wisatawan mancanegara berkunjung ke Jakarta.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Wisatawan mancanegara berkunjung ke Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, Jepang merupakan salah satu negara potensial untuk mendatangkan wisatawan ke Indonesia. Saat ini Jepang berada di urutan lima penyumbang wisman terbesar ke Indonesia.

Vinsensius Jemadu, Asisten Deputi Pengembangan Pasar Asia Pasifik Kementerian Pariwisata (Kemenpar) mengatakan, jumlah masyarakat Jepang yang berwisata ke luar negeri (outbound) mencapai 16 juta orang per tahun. Meski karena resesi ekonomi kemarin jadi turun menjadi 12 juta, namun angka tersebut masih cukup tinggi.

"Tapi yang pergi ke Indonesia masih kurang dari 500 ribu, makanya tahun ini kita targetkan jumlah wisman dari Jepang memenuhi 500 ribu. Sampai September jumlahnya baru mencapai 366 ribu," ujar Vinsensius Jemadu kepada Republika.co.id.

Untuk mencapai target tersebut Vinsensius mengatakan, pihaknya selama 2015 selain menghadiri bursa pariwisata di Jepang juga melakukan beberapa pameran dan aktivitas promosi lain seperti menggandeng industri pariwisata tanah air untuk melakukan sales mission.

"Selama 2015 kita sudah sales mission empat kali di Jepang," kata dia.

Selain itu juga mengundang sekitar 20 media Jepang dan 20 tur operator terbesar di Jepang untuk merasakan langsung berwisata di Indonesia. Dengan begitu diharapkan mereka dapat menceritakan dan menjual bagaimana indahnya Indonesia kepada wisatawan Jepang.

Yang tidak kalah penting dilakukan saat ini, lanjut Vinsen, adalah memaksimalkan promosi melalui media digital serta media sosial. Sebab, menurut Vinsen, masyarakat Jepang sangat dekat dengan teknologi terutama internet.

"Karena itu Kemenpar melakukan promosi melalui media online. Selain internet juga promosi di TV lokal seperti NHK dan lainnya," kata Vinsen.

Dengan penggunaan yang tinggi terhadap internet itu pula membuat wisatawan Jepang sangat matang dalam bepergian.

"Jadi boleh dibilang mereka tidak lagi pergi dalam grup-grup besar, tapi memutuskan pergi secara individual. Secara statistik data Free Individual Traveler (FIT) mereka sangat tinggi," ujar Vinsen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement