Kamis 12 Nov 2015 23:11 WIB

Madu Disukai Sejak Zaman Batu

Madu
Foto: flickr.com
Madu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA  -- Ilmuwan di Inggris Raya menemukan sisa madu lebah di tembikar yang berasal dari masa bercocok tanam awal di Zaman Batu di Eropa, Timur Tengah dan Afrika Utara, termasuk di alat masak dari Turki yang berasal dari 8.500 tahun yang lalu.

"Jejak madu lebah terdeteksi di beberap situs Neolitikum di Eropa, menunjukan luasnya asosiasi antara manusia dan madu di zaman prasejarah," kata ahli geokimia organik University of Bristol Melanie Roffet-Salque, dikutip dari Reuters, Kamis (12/11).

Sebelum temuan yang dipublikasikan di jurnal Nature tersebut, bukti awal manusia telah menggunakan madu ada pada mural Mesir Kuno yang berasal dari masa Kerajaan Baru dan menggambarkan lebah dan madu diantara adegan sehari-hari pada 4.400 tahun yang lalu.

Roffet-Salque memperkirakan madu ditemukan pada tembikar karena orang pada masa itu sudah menggunakannya atau melapisi tembikar agar kedap air dengan lilin lebah. "Jelas manusia Zaman Batu mengenak lingkungan mereka dengan sangat baik dan mengeksploitasi berbagai sumber natural seperti lilin lebah, getah pohon dan tar," kata dia.

Salah satu kegunaan madu yang paling mungkin untuk saat itu adalah sebagai pemanis, dia menambahkan. Madu tidak dapat dideteksi secara langsung karena komposisi utamanya, gula, tidak dapat bertahan hingga ribuan tahun di situs arkeologi.

Sementara itu, lilin lebah digunakan untuk berbagai teknologi, ritual, kosmetik dan keperluan pengobatan. "Misalnya melapisi bejana keramik atau melembutkan getah pohon birch untuk membuat lem." Bukti lilin lebah di tembikar menunjukan manusia sudah lama mengeksploitasi hasil lebah: madu dan lilin.

Para peneliti memeriksa padatan yang tertinggal di lebih dari 6.600 tembikar dari 150 situs tua. Mereka tidak menemukan jejak produk lebah pada tembikar yang berasal dari situs di utara, misalnya Skotlandia dan Skandinavia.

Menurut ahli biogeokimia Univeristy of Bristol Richards Evershed, saat itu lebah madu tidak hidup di daerah tersebut diperkirakan karena kondisi alam yang lebih keras dan tinggi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement