Kamis 12 Nov 2015 11:00 WIB
Hari Ayah Nasional

Merawat Anak Harus Jadi Kesenangan Bagi Ayah

Rep: Ahmad Islamy Jamil/ Red: Indira Rezkisari
Foto: Republika On Line/Mardiah diah

REPUBLIKA.CO.ID, Peran ayah di era modern mulai berubah. Jika dulu kaum ayah sering diidentikkan sebagai tulang punggung keluarga yang pergi pagi pulang sore membanting tulang mencari nafkah di luar rumah, maka kini tidak melulu demikian.

 

Tidak sedikit ayah di zaman sekarang justru lebih fokus merawat anak-anaknya dan menjalankan tugas-tugas lain —yang sebelumnya kerap diasosiasikan sebagai tugas kaum ibu. Seperti yang dialami Tatang (47 tahun), misalnya. Lelaki paruh baya itu rela menghabiskan lebih banyak waktu buat anak-anaknya.

Selama beberapa tahun terakhir, Tatang memiliki semacam rutinitas harian, yaitu memandikan dan mengantar anak perempuannya yang masih berusia tujuh tahun ke sekolah. Tugas tersebut ia lakukan lantaran sang istri —yang berprofesi sebagai guru—harus keluar rumah pagi-pagi sekali setiap harinya untuk berangkat kerja.

“Istri saya sehabis subuh sudah harus pergi mengajar ke Bojonggede (Bogor). Jadi tugas memandikan dan mengantar anak ke sekolah saya yang ambil alih,” ujar Tatang yang tinggal di kawasan Cipedak Jagakarsa, Jakarta Selatan, itu kepada Republika.co.id.

Meski istrinya punya pekerjaan sendiri, Tatang tidak serta-merta melepaskan kewajibannya selaku pencari nafkah. Di rumah kontrakannya yang tidak begitu luas, pria itu membuka usaha servis komputer. Dengan begitu, ia bisa memperoleh sumber pemasukan tanpa harus kehilangan kesempatan untuk mengawasi, mengasuh, dan merawat anak-anaknya.

(baca: Ayah tak Ada, Anak Tuai Dampak Negatifnya!)

Tatang mengungkapkan, ada semacam kesepakatan yang ia buat bersama istrinya terkait pembagian peran di keluarga. Salah satu bentuk kompromi itu adalah istrinya harus bisa menyediakan waktu yang cukup untuk bersama anak-anaknya dari sore hingga malam hari.

“Sementara, dari pagi hingga sore, anak-anak sepenuhnya di bawah pengawasan saya,” tutur ayah dua anak itu.

Bagi Tatang, tugas merawat anak itu merupakan suatu kesenangan. Tambah lagi, ia yang merupakan anak kelima dari delapan bersaudara itu sejak kecilnya sudah terbiasa mengasuh adik-adik dan keponakannya.

“Dulu saya sering menyuapi makanan dan mengganti popok adik-adik saya. Hal yang sama juga saya lakukan terhadap keponakan-keponakan saya,” kata Tatang mengaku.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement