Selasa 10 Nov 2015 12:47 WIB

Target 10 Juta Wisman, Pariwisata Daerah Tertinggal Ikut Digenjot

Raja Ampat, salah satu objek wisata di Indoensia
Foto: Triptrust
Raja Ampat, salah satu objek wisata di Indoensia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pariwisata telah menjadi salah satu primadona bagi negara-negara untuk meningkatkan sumber pendapatannya diluar dari migas dan pajak. Tak terkecuali bagi Indonesia sebagai salah satu negara berkembang dengan potensi pariwisata daerahnya yang besar hingga ke daerah-daerah yang masih tertinggal.

“Kita harapkan melalui pengembangan pariwisata mampu mengatasi masalah-masalah mendasar pembangunan daerah dari penerimaan devisa atau pendapatan daerahnya,” ungkap Direktur Pengembangan Sumber Daya Dan Lingkungan Hidup, Kemendesa, PDT dan Transmigrasi, Faizul Ishom di Jakarta (9/11).

Menurutnya, daerah tertinggal cukup potensial untuk menarik minat wisatawan mancanegara masuk ke Indonesia. Pemerintah melalui Badan Promosi Pariwisata Indonesia memiliki program guna meningkatkan potensi pariwisata di daerah tertinggal, yaitu green tourism, creative tourism, dan low season tourism.

“Kita akan menarik kunjungan wisatawan mancanegara ke daerah tertingal. Destinasi pariwisata yang banyak dipilih adalah laut. Nah, kami melihat, di Indonesia Timur sangat berpotensi karena ada banyak destinasi wisata bahari yang dapat ditawarkan, bahkan bisa menjadi ikon wisata nasional,” kata Faizul di sela-sela acara diskusi tentang pengembangan pariwisata daerah tertinggal.

Dia menyebutkan, Raja Ampat, Pulau Alor, dan Pulau Ora di Maluku Tengah bisa dijadikan ikon wisata. Selain itu, Kawasan Indonesia timur NTB,  NTT serta Maluku Utara sebagian besar masih masuk kategori daerah tertinggal. Padahal, kata dia, kawasan tersebut memiliki potensi pariwisata luar biasa yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian setempat.

Di tempat yang sama, Bupati Morotai, Yahya Hasan mengatakan, untuk mengembangkan dan mempercepat pariwisata daerah di Morotai, pihaknya akan menyelenggarakan Sail and Expo Morotai 2016, dan dilaksanakan bertepatan dengan 2 tahun pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla yaitu 20 Oktober 2015.  

Menurutnya, Morotai menghadapi beberapa kendala diantaranya adalah keterbatasan akses dan infrastruktur dasar, seperti jalan, transportasi, tempat penginapan dan sebagainya. Pihaknya berharap pemerintah akan menetapkan Morotai sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) hal ini akan membantu untuk mengurangi keterbatasan infrastruktur tersebut.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang semester I, jumlah wisatawan atau turis asing yang berkunjung ke Indonesia mencapai 4,65 juta orang atau naik 2,34 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya 4,55 juta orang. Dengan demikian, capaian tersebut baru memenuhi 44,7 persen target jumlah kunjungan turis asing yang ditetapkan pemerintah tahun ini sebanyak 10,5 juta orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement