REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Promosi pariwisata di daerah tertinggal perlu digenjot. Pariwisata sudah jadi salah satu primadona bagi negara-negara untuk meningkatkan sumber pendapatannya di luar migas dan pajak.
"Kami harap melalui pengembangan pariwisata mampu mengatasi masalah-masalah mendasar pembangunan daerah dari penerimaan devisa atau pendapatan daerahnya," ujar Direktur Pengembangan Sumber Daya Dan Lingkungan Hidup, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi, Faizul Ishom, Senin, (9/11).
Daerah tertinggal, kata dia, cukup potensial untuk menarik minat wisatawan manca negara masuk ke Indonesia. Pemerintah melalui Badan Promosi Pariwisata Indonesia memiliki program guna meningkatkan potensi pariwisata di daerah tertinggal, yaitu green tourism, creative tourism, dan low season tourism.
"Kami akan menarik kunjungan wisatawan manca negara ke daerah tertinggal. Destinasi pariwisata yang banyak dipilih adalah laut, di Indonesia Timur sangat berpotensi karena ada banyak destinasi wisata bahari yang dapat ditawarkan, bahkan bisa menjadi ikon wisata nasional," terangnya.
Destinasi wisata bahari yang dapat jadi ikon wisata nasional antara lain Raja Ampat, Pulau Alor, Pulau Ora di Maluku Tengah. Selain itu, Kawasan Indonesia timur NTB, NTT serta Maluku Utara sebagian besar masih masuk kategori daerah tertinggal namun memiliki potensi pariwisata luar biasa yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak perekonomian setempat.
Pariwisata di daerah tertinggal, ujar Faizul, saat ini sedang dibangun sarana dan prasarana penunjangnya. Pembangunan homestay atau tempat singgah bagi para wisatawan harus dilakukan.
"Hal yang sulit saat berwisata ke daerah tertinggal adalah tempat bermalamnya. Makanya pembangunan homestay, hotel perlu dilakukan," ujarnya.