REPUBLIKA.CO.ID, SABANG, ACEH -- Museum "Abad Kejayaan Sabang" di Kecamatan Sukakarya, Kota Sabang segera dioperasikan oleh Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang (BPKS).
Kepala BPKS Fauzi Husen di Sabang mengatakan di dalam museum ini akan menyajikan informasi dan pengetahuan tentang masa kejayaan Sabang tempo dulu.
"Alhamdulillah, bangunan museum sudah dirampungkan, dan saat ini kita tengah mempersiapkan dekorasi atau penataan barang-barang yang akan dipamerkan," kata Fauzi.
Menyangkut dengan pengoperasiannya, Fauzi optimis akan dilakukan dalam waktu dekat ini. Bahkan untuk soft opening Museum Sabang itu, akan dilakukan dalam waktu dekat ini juga. Sejumlah barang-barang yang akan dipamerkan sudah ditempatkan di museum, tinggal finalisasi saja. Dia mengharapkan dukungan dari berbagai pihak termasuk kolektor untuk dapat memberikan saran dan pendapat serta sumbanganya dalam bentuk, dokumentasi, benda antik atau lainya yang berhubungan dengan historis masa kejayaan Sabang saat dikenal dengan nama Kolen Station (1881-1942).
Sementara itu, Direktur Investasi, Fauzi Daud nambahkan museum ini menitikberatkan tentang sejarah masa lalu Sabang, sehingga apa yang ditampilkan nantinya merupakan kilas balik Abad Kejayaan Sabang. Secara historis Pelabuhan Sabang pertama sekali dibangun oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1881 dengan kegiatan utamanya pengisian air dan batubara ke kapal yang disebut 'Kolen Station'.
"Pelabuhan ini dikelola oleh Firma De Lange yang diberi kewenangan untuk membangun berbagai fasilitas pelabuhan pada tahun 1887. Operasional pelabuhan dilaksanakan oleh Maatschaapij Zeehaven en Kolen Station, yang kemudian dikenal dengan nama Sabang Maatsscappij tahun 1895," ujar Fauzi Daud.
Pada era zaman Belanda, Pelabuhan Sabang telah berperan sangat penting sebagai pelabuhan alam untuk pelayaran internasional terutama dalam mendukung perdagangan komoditi hasil alam Aceh yang diekspor ke negara-negara Eropa. Kejayaan VrijHaven Sabang ini berakhir pada saat Perang Dunia ke-2 dimana Jepang menguasai Asia Timur Raya tahun 1942 dan mengalami kehancuran fisik, sehingga Sabang sebagai pelabuhan bebas ditutup.
"Karena itu, dengan adanya museum ini kita ingin generasi-generasi sekarang mengingat kembali bagaimana kejayaan masa lalu. Museum ini juga merupakan wadah edukasi dan motivasi bagi generasi berikutnya untuk mengembalikan kejayaan Sabang tempo dulu," harap Fauzi Daud.